REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Arkeolog menemukan candi bangsa Romawi kuno yang di Ostia Italia. Adalah Mithraeum of Colored Marbles, candi yang diperkirakan berasal dari 1.600 tahun yang lalu itu dibangun untuk menyembah dewa Mithras.
Seperti diwartakan Livescience, Selasa (17/12) artefak dan prasasti yang ditemukan di mithraeum menunjukkan bahwa para penyembah menghormati baik Mithras dan dewa populer lainnya pada zaman Kekaisaran Romawi kuno.
Spelaeum, ruangan terpenting dalam Candi Mithraeum dibangun dengan arsitektur menawan. Ruangan itu memiliki lantai marmer dari batu yang dihiasi dengan serangkaian warna yang mempesona.
"Di dalamnya juga ada bangku, sumur ritual dan tempat tidur bunga untuk semacam tanaman suci," kata Pemimpin Tim Peneliti Max Victor David.
Profesor Sejarah dan Budaya Universitas Bologna di Italia itu mengatakan, Mithraeum kerap digunakan untuk banyak ritual pada masanya jayanya. Tempat itu juga biasa dipakai untuk mengadakan jamuan makan, upacara inisiasi dan pengorbanan hewan.
"Orang-orang yang mengambil bagian dalam ritual itu mungkin dalam keadaan kesadaran yang berbeda karena di dunia kuno kondisi kesadaran itu sering dicapai melalui penggunaan tanaman psikotropika," kata David.
Mithras atau juga dikenal sebagai Mithra merupakan dewa yang dikaitkan dengan cahaya dan matahari. Kepercayaan itu menyebar ke Kekaisaran Romawi dan menjadi sangat populer.
Mithraism juga merupakan kepercayaan misteri di dunia Romawi. Sekte itu pertama kali muncul pada akhir abad kesatu masehi dan dengan sangat cepat menyebar dari semenanjung Italia dan wilayah perbatasan ke seluruh kekaisaran Romawi.
Pengikut kepercayaan itu, seperti banyak yang lainnya, adalah rahasia. Para penyembah Mithras kerap dilakukan dalam kuil-kuil yang sering dibangun di dalam gua dan disembunyikan dari publik.
Menurut legenda, Mithras adalah pemanah hebat yang sering bepergian dengan pembawa obor. Benda seni yang ditemukan di salah satu kamar mithraeum adalah lukisan yang menggambarkan trisula dan panah.
"Gambar-gambar ini mungkin memiliki makna khusus dalam aliran kepercayaan Mithraism," kata David.
Dia melanjutkan, orang-orang yang mengunjungi Mithraeum di Roma kuno mungkin juga memuja dewa Yunaini, Kronos. Dia mengatakan, salah satu prasasti yang ditemukan dalam Mithraeum bertuliskan 'kepada dewa Mithras yang tidak ditaklukkan dan kepada dewa besar Kronos'.
Begitu juga dengan Dewi Mesir Isis yang mungkin mendapatkan tempat penghormatan khusus di candi kuno tersebut. David mengungkapkan, para peneliti juga menemukan pegangan gading Mesir di Mithraeum
"Benda itu kemungkinan digunakan sebagai instrumen ritual yang kemungkinan berfungsi sebagai jembatan antara pengikut Mithras dan orang-orang Isis," kata David.
Para arkeolog juga menemukan bahwa banyak struktur yang dulunya adalah caupona, sebuah kedai atau restoran. Bangunan itu kemudian diubah dan sepenuhnya menjadi mithraeum.
Meski demikian, peneliti memprediksi jika fungsi bangunan sebagai Mithraeum tampaknya juga singkat. Ini menyusul penyebaran luas paham krstiani di Ostia pada awal abad kelima.
Hal tersebut lantas membuat otoritas Romawi menjadi kurang toleran terhadap penyembahan Mithras dan dewa-dewa lainnya. Hingga pada suatu titik di abad kelima, sumur ritual mithraeum ditutup dan perlahan mithraeum juga ditutup sepenuhnya.
"Nama 'Mithraeum of Coloured Marbles' adalah nama yang diberikan para arkeolog modern kepada struktur itu," kata David.