Jumat 13 Dec 2019 21:52 WIB

Biofoam Disebut Bisa Menggantikan Styrofoam

Biofam terbuat dari bahan organik dan bisa terurai secara alami.

Biofoam disebut bisa menjadi solusi untuk permasalahan sampah (Ilustrasi wadah makanan)
Foto: Wikimedia
Biofoam disebut bisa menjadi solusi untuk permasalahan sampah (Ilustrasi wadah makanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Biofoam disebut bisa menjadi solusi untuk permasalahan sampah. Pasalnya, biofam terbuat dari bahan organik dan bisa terurai secara alami dibandingkan styrofoam yang tidak aman untuk lingkungan hidup.

"Styrofoam sekarang itu dari polystyrene dan itu tidak bisa terbiodegradasi. Kalau biofoam jika dibuang atau dikomposkan nanti akan terbiodegradasi," ujar peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Muhammad Ghozali ketika dihubungi di Jakarta pada Jumat (13/12).

Baca Juga

Biofoam adalah produk hasil kerja sama pengembangan Kementerian Pertanian dan LIPI. Bahannya berasal dari biomassa berbahan baku alami berupa pati dengan tambahan serat untuk memperkuat strukturnya.

Ghozali kemudian ikut memperkuat strukturnya dengan membuat lapisan bioplastik. Hal ini membuat seluruh bagian dari biofoam tahan air dan dapat terurai secara alami dan kandungannya tidak akan mencemari lingkungan.

Hal itu berbeda dengan styrofoam yang membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai dan terbuat dari kandungan berbahaya. Kandungan tersebut dapat membahayakan kesehatan jika larut dan masuk dalam tubuh.

"Biofoam itu lebih cepat terbiodegradasi karena akan langsung dimakan oleh mikroorganisme yang ada di dalam tanah. Karena bahannya dari limbah biomassa seperti serat dan aditif alami yang ramah lingkungan," ujar dia.

Mengenai berapa lamanya waktu yang diperlukan biofoam untuk terbiodegradasi, Ghozali mengatakan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Meski demikian bahannya yang alami dipastikan tidak akan membahayakan lingkungan tempat terurainya seperti tanah.

Produk itu sendiri, menurut Ghozali, tinggal menunggu investor untuk melakukan pengembangan dan penyempurnaan. Sebab, sejauh ini pembuatannya masih dilakukan secara manual, bukan pabrik skala besar.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement