Jumat 13 Dec 2019 17:13 WIB

Arkeolog Temukan Emas dan Permata di Situs Peradaban Minoa

Harta karun ditemukan di Pulau Chrysi yang tidak berpenghuni dekat Kreta, Yunani.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Tim arkeolog menemukan peninggalan kuno berupa harta karun yang terdiri dari emas dan permata di situs peradaban Minoa.
Foto: Greece Ministry of Culture and Sports via livescience
Tim arkeolog menemukan peninggalan kuno berupa harta karun yang terdiri dari emas dan permata di situs peradaban Minoa.

REPUBLIKA.CO.ID, KRETA -- Tim arkeolog menemukan peninggalan kuno berupa harta karun yang terdiri dari emas dan permata di situs peradaban Minoa. Mereka mendapati benda bersejarah itu di Pulau Chrysi yang tidak berpenghuni dekat Kreta, Yunani.

Para ilmuwan memperkirakan emas dan berlian peradaban Minoa tersebut sudah ada sejak 3.800 sampai 3.500 tahun silam. Tepatnya, selama periode Protopalatial dan Neopalatial yang merupakan kronologi sejarah peradaban Minoa.

Peradaban tersebut unik karena masyarakatnya memiliki mata pencaharian terkait pewarnaan kuno. Akan tetapi, pewarna buatan yang mereka hasilkan hanya ungu, didapat dari cangkang siput laut berduri yang bernama Murex.

Tim menemukan ribuan cangkang yang menjadi produksi pewarna tersebut di beberapa bangunan kecil pada lokasi penggalian. Sementara, satu bangunan terbesar diyakini sebagai tempat tinggal tokoh elite atau pemimpin.

Bangunan terbesar dilengkapi dengan tatanan batu serupa teras, meja kerja, kompor, ember, dan tangga batu. Menurut tim arkeolog, bangunan itu sekaligus menjadi tempat pengelolaan produksi, promosi, dan perdagangan.

Pembeli diduga mengunjungi pulau dengan kapal, lantas melangsungkan proses jual beli di bangunan besar. Kemakmuran pemukiman tidak terwakili dari sisa-sisa bangunan yang sederhana, tetapi terlihat dari artefak berkualitas tinggi yang ditemukan di sana.

Para arkeolog telah meneliti peninggalan peradaban kuno di Chrysi sejak 2008. Mereka menjumpai sisa-sisa tangki batu berukuran besar dan berukir dekat garis pantai. Berdasarkan penelitian terdahulu, para ilmuwan menduga tangki menjadi tempat budidaya kerang.

Selain memanen dari laut, spesies Murex yang memiliki nama Latin Hexaplex trunculus juga dibiakkan pada tangki. "Menurut kami, kerang-kerang ini dibudidayakan," ungkap pemimpin penggalian, Chryssa Sofianou.

Penggalian terbaru yang berlangsung di beberapa bangunan besar di pemukiman berhasil menemukan cincin, gelang, dan 26 manik-manik yang terbuat dari emas. Temuan manik-manik lain berbahan perak, perunggu, kaca, juga kecubung dan lapis lazuli.

Para peneliti juga menemukan segel yang terbuat dari batu akik berhiaskan ukiran kapal. Terdapat tiga vas berbahan tembaga, juga tempat penyimpanan logam mentah berukuran besar yang terbuat dari perunggu dan timah.

Sofianou dan tim berpendapat, masyarakat Minoa merupakan peradaban yang pertama membuat pewarna terkenal sekitar 4.000 tahun silam. Zat warna ungu dari siput laut Murex termasuk langka dan berharga di wilayah Mediterania Zaman Perunggu.

Pakar bioarkeolog dari Universitas Washington, Deborah Ruscillo, sepakat dengan hal tersebut. Dia tidak terlibat dalam penggalian di Chrysi, tetapi telah mempelajari produksi pewarna ungu kuno dan melakukan berbagai eksperimen warna.

"Pada masa itu, warna ungu tidak bisa didapatkan dari sumber lain. Bahan pengganti yang lebih murah, seperti tanaman madder atau woad baru muncul pada Abad Pertengahan. Jadi Murex adalah satu-satunya sumber," katanya, dikutip dari laman Live Science.

Butuh ribuan siput laut Murex untuk menghasilkan pewarna ungu yang cukup untuk satu pakaian. Tugas itu sulit, tidak nyaman, dan berbahaya. Butuh kekuatan untuk memanen siput dari laut, serta membuka cangkang yang baunya tidak sedap.

Kesulitan pembuatan pewarna membuatnya mahal sehingga hanya digunakan oleh orang kaya dan bangsawan. Itu sebabnya ada istilah "Royal purple". Selanjutnya dalam sejarah, hukum Kekaisaran Romawi membatasi pemakaian warna ungu hanya untuk anggota keluarga kerajaan, baik dalam pakaian maupun perhiasan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement