REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Penelitian Arkeologi Nasional bersama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud dan Griffith University menemukan lukisan gua tertua di dunia yang terdapat di Sulawesi. Lukisan tersebut menggambarkan adegan sekelompok figur setengah manusia dan setengah hewan yang sedang berburu.
Lukisan ini diperkirakan berasal dari 44 ribu tahun yang lalu dan menjadi yang paling tua. Sebelumnya, lukisan tertua di dunia ditemukan di Eropa dengan usia gambar sekitar 20 ribu tahun.
Peneliti dari Place, Evolution and Rock Art Heritage Unit (PERAHU), Maxime Aubert mengatakan penemuan ini sangat luar biasa. Sebab, 44 ribu adalah waktu yang sangat lama. Hal ini memberikan pengetahuan baru tentang awal mula pemikiran manusia modern.
Berdasarkan temuan tersebut, manusia ternyata sudah mampu membuat sebuah seni rupa yang memiliki urutan cerita sejak ribuan tahun yang lalu. Manusia tersebut ternyata juga merupakan salah satu nenek moyang orang Indonesia karena ditemukan karyanya di Sulawesi.
"Ini adalah situs yang sangat penting karena setidaknya gambar itu berusia 44 ribu tahun. Bahkan bisa lebih tua. 44 ribu tahun itu baru setidaknya," kata Aubert, saat konferensi pers di Kantor Kemendikbud, Kamis (12/12).
Peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Adhi Agus Oktaviana menjelaskan, gambar yang ditemukan di situs Leang Bulu' Sipong 4 adalah sosok sederhana dengan tubuh seperti manusia dengan bagian tubuh lainnya berasal dari hewan. Misalnya kepalanya digambarkan berbentuk burung, reptil, atau spesies endemik Sulawesi lainnya.
Manusia setengah hewan (Theriantrhopes) yang digambarkan ini sedang menangkap enam mamalia yang melarikan diri yakni dua ekor babi rusa dan empa anoa. "Hebatnya, beberapa tokoh menangkap hewan berbahaya ini dengan tali panjang," kata dia.
Temuan ini merupakan pertama kalinya lukisan gua digambarkan secara mendetail dengan narasi visual yang berasal dari masa seni cadas di seluruh dunia. Selama ini, seni cadas yang ditemukan di Eropa hanya menggambarkan simbol abstrak.
Theriantthropes biasanya ada di dalam cerita rakyat atau fiksi pada masyarakat modern. Digambarkan sebagai Tuhan, roh, atau perwujudan leluhur di semua agama di dunia. Sulawesi, saat ini menjadi rumah bagi penggambaran tertua tentang therianthropes.
"Seni cadas di Sulawesi memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap wawasan kebangkitan kehidupan spiritual manusia dan penyebaran praktik kepercayaan yang artistik dan membentuk pemikiran modern kita," kata Adhi.