Kamis 12 Dec 2019 08:25 WIB

8,32 Ton Sampah Masuk Teluk Jakarta Setiap Hari

Peneliti LIPI mengungkap, 8,32 ton sampah masuk Teluk Jakarta setiap hari.

Sejumlah sampah mengalir ke perairan Teluk Jakarta di Cilincing, Jakarta Utara.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah sampah mengalir ke perairan Teluk Jakarta di Cilincing, Jakarta Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan 8,32 ton sampah masuk Teluk Jakarta setiap hari. Laporan hasil riset Muhammad Reza Cordova dan Intan Suci Nurhati dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI itu diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports.

Reza dan Intan melakukan studi monitoring bulanan sampah pertama di Indonesia yang mengidentifikasi enam tipe sampah dan 19 kategori sampah plastik dari sembilan muara sungai di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Mereka memantau sampah yang masuk ke Teluk Jakarta selama periode Juni 2015 sampai 2016.

Baca Juga

“Sekitar 59 persen dari sampah yang mengalir di sembilan muara sungai tersebut merupakan sampah plastik yang didominasi styrofoam,” kata Reza menjelaskan sampah dari kemasan berbahan expanded polystyrene foam (EPS Foam) di Jakarta, Kamis.

Reza menjelaskan hasil monitoring mengestimasi aliran sampah 8.32 ton per hari dari kawasan Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Temuan tersebut dimuat dalam jurnal Scientific Reports dengan judul "Major Sources and Monthly Variations in the Release of Land-derived marine debris from the Greater Jakarta Area, Indonesia".

“Angka tersebut 8-16 kali lebih rendah dibandingkan dengan estimasi dari studi-studi berbasis model,” ujar dia.

Reza mengungkapkan, fakta itu menekankan pentingnya data monitoring di lapangan untuk memvalidasi kontribusi sampah plastik dari Indonesia. Intan mengatakan, kesadaran masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik dan kemasan berbahan EFS foam serta program bersih sungai oleh pemerintah daerah yang konsisten menjadi kunci mengurangi sampah plastik ke laut.

Dengan garis pantai sepanjang 99.093 kilometer dan populasi terbesar keempat di dunia, Indonesia dipandang sebagai penyampah plastik di laut terbesar kedua di dunia setelah Cina. Tingkat populasi, persentase sampah yang tidak terkelola, serta garis pantai yang luas, katanya, menjadi penyebabnya.

Reza dan Intan mengatakan, komitmen pemerintah Indonesia untuk mengurangi sampah laut serta mendukung target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG) 14.1 perlu didukung oleh informasi ilmiah melalui riset monitoring yang komprehensif dalam mengidentifikasi sumber di lapangan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement