REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teknologi blockchain dinilai dapat membawa tingkat transparansi dan akuntabilitas dalam sistem pencatatan menjadi lebih baik dan cepat. Dari segi pemanfaatan blockchain memiliki akuntabilitas yang bagus, teknologi blockchain membuat transparan.
"Katakanlah interaksinya banyak, tapi semuanya tercatat baik. Cukup teruji dibanding sistem manual, " ujar Wakil Menteri Luar Negeri, Mahendra Siregar, dalam diskusi bertema "Let’s Talk Blockchain” di Jakarta, Rabu (11/12).
Di Indonesia, lanjut dia, saat ini teknologi blockchain dapat dikembangkan pada sektor keuangan dan pasar modal karena dapat memberikan transparansi. Australia dan China sudah menerapkan teknologi blockchain di sektor itu.
"Teknologi blockchain sudah banyak digunakan di luar negeri. Diharapkan 'best practice' dari blockchain membangun ekosistem yang baik, mulai dari provider, pengguna, stakeholder, regulator, dan para pengambil kebijakan yang memanfaatkan blockchain," katanya.
Kendati demikian, lanjut Mahendra, diperlukan penilaian secara mendalam terkait aspek kehati-hatian dan aspek pencapaian potensi dari teknologi blockchain bagi Indonesia. Pemerintah akan melihat secara lengkap risiko dan manfaatnya.
CoFounder Global Blockchain di Shanghai, Sam Lee mengemukakan teknologi blockchain merupakan sistem yang terdesentralisasi dan terdistribusi pada semua komputer pengguna yang terkoneksi jaringan. Artinya, catatan transaksi yang sudah terjadi pada sistem bisa dilihat dan dikelola oleh semua orang, namun tidak bisa diubah dan dan tidak bisa dipalsukan.
Hal itu, lanjut dia, dikarenakan pengelola buku besar catatan transaksi (ledger) blockchain bukan hanya satu server saja, namun seluruh pemegang akun pada sistem blockchain. "Teknologi blockchain adalah masa depan yang hadir bersama dengan Internet of Things (ioT) dan kecerdasan buatan (AI)," katanya