Selasa 10 Dec 2019 08:42 WIB

Tingkatkan Produksi Garam dengan 'Smart Tongkang'

Smart Tongkang merupaan inovasi yang dikembangkan mahasiswa UMM.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Nora Azizah
Teknologi Smart Tongkang atau Smart Barge untuk meningkatkan produksi garam (Ilustrasi petani garam)
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Teknologi Smart Tongkang atau Smart Barge untuk meningkatkan produksi garam (Ilustrasi petani garam)

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengembangkan teknologi Smart Tongkang atau Smart Barge untuk meningkatkan produksi garam. Alat ini juga berhasil meraih medali perak dalam penghargaan inovasi tingkat dunia Advance Innovation Jam (AI-JAM) di Tokyo, Jepang.

Karya dari Zehandana Khatami Rasyid, Haryo Widya Darmawan, dan Annisa Widya Nurmalitasari ini dibuat dari latar belakang tongkang yang tak lepas dari masyarakat. Timnya kngin meningkatkan kapasitas produksi garam. Namun, saat ini produksi garam terkendala keterbatasan lahan.

Baca Juga

"Jadi kami turunkan dulu penyebab-penyebab garam terbentuk. Lalu dari jalur masalahnya bisa dimodifikasi secara engineering,"  ungkap Haryo, Senin (9/12).

Menurut Haryo, pernambahan lahan yang fleksibel bisa menjadi solusi percepatan produksi garam yang sesuai standar layak. Ditambah lagi, inovasinya bisa dipindah-pindah dan didekatkan menuju pabrik. Dengan demikiaj, mampu mengurangi biaya transportasi dan operasional truk.

Selain itu, Smart Tongkang (Smart Barge) turut disematkan teknologi tambahan, yakni berupa control device Android untuk mengetahui posisi. Aspek ini juga dapat memantau kadar air, temperatur, dan pengaktifan fitur mekatronika otomatisnya.

Smart Tongkang (Smart Barge) dilengkapi atap, cermin, generator kincir, sekop yang bisa dikendalikan otomatis, tongkang anti karat, tow hook, dan anchor. Bagian-bagian ini, kata Haryo, bisa membuat alat mudah dipindahkan.

"Sehingga pembuatan tambak garam hibrid ini diharapkan jadi solusi untuk membantu petani mempercepat pembuatan garam yang sesuai standar keperluan industri," kata Haryo.

Haryo berharap, rancangan tongkang garam dapat menjawab berbagai masalah, di antaranya keterbatasan lahan karena proses kristalisasi dilakukan di atas laut. Lalu kualitas garam meningkat seperti kebersihan, warna, penurunan kadar air. Kemudian dapat terjadi percepatan produksi yang semula 15 hari menjadi delapan hingga 10 hari karena rekayasa mekatronika.

“Itu artinya, produksi panen garam akan lebih cepat dengan kualitas yang lebih baik dan akan meningkatkan harga jual panen yang lebih tinggi. Harapannya solusi teknologi ini akan menjadi penyebab berhentinya impor garam pemerintah. Kami sedang menyusun dokumen paten untuk produk ini,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement