Senin 09 Dec 2019 21:30 WIB

Kuartal I 2019, Facebook Hapus 2,2 Miliar Akun Palsu

Facebook juga menghapus 26 juta konten berkaitan terorisme dalam dua tahun terakhir.

Facebook telah menghapus sebanyak 2,2 miliar akun palsu pada kuartal pertama tahun ini serta 26 juta konten yang berkaitan dengan terorisme dalam dua tahun terakhir.
Foto: CNN
Facebook telah menghapus sebanyak 2,2 miliar akun palsu pada kuartal pertama tahun ini serta 26 juta konten yang berkaitan dengan terorisme dalam dua tahun terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Facebook telah menghapus sebanyak 2,2 miliar akun palsu pada kuartal pertama tahun ini serta 26 juta konten yang berkaitan dengan terorisme dalam dua tahun terakhir. Pernyataan itu diungkapkan oleh Dan Neary selaku Wakil Presiden Facebook wilayah Asia Pasifik dalam acara Facebook APAC Press Day di Singapura, Senin.

"Kami memiliki tim yang terdiri dari 35 ribu orang yang bekerja pada isu-isu tersebut," ujarnya.

Baca Juga

Selain itu, Facebook juga mengembangkan kecerdasan buatan (AI) dan mesin pembelajaran yang mampu melakukan tinjauan terhadap akun-akun palsu dan konten terkait terorisme dengan akurasi 98 persen. Neary juga mengatakan bahwa ke depannya Facebook akan terus memperluas jangkauan pengawasan, terutama untuk menyasar konten-konten yang mengandung ujaran kebencian.

Facebook turut bekerja sama dengan pihak ketiga independen di lebih dari 60 negara dengan mencakup lebih dari 40 bahasa untuk menjangkau konten yang berpotensi mengandung informasi kurang tepat. Neary mengungkapkan, lembaga pengecekan fakta pihak ketiga di kawasan Asia-Pasifik turut digandeng demi memastikan konten pada platform tersebut dapat tetap otentik dan kredibel.

Menurut Neary, Facebook telah berusaha untuk membantu menjaga integritas dalam setiap pemilahan umum di beberapa negara agar dapat berlangsung secara demokratis.

"Tahun ini, tujuh pemilihan umum diadakan di wilayah Asia-Pasifik. Kami sebelumnya telah memblokir dan menghapus sejumlah besar akun palsu dan menjadikan sumber iklan politik pada platform lebih transparan," kata Neary.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement