Jumat 06 Dec 2019 22:12 WIB

Indonesia Gandeng Denmark Kembangkan Energi Baru Terbarukan

Denmark bantu Indonesia menganalisa skenario untuk tenaga listrik terjangkau.

Denmark bantu Indonesia menganalisa skenario untuk tenaga listrik terjangkau (Ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/Anis Efizudin
Denmark bantu Indonesia menganalisa skenario untuk tenaga listrik terjangkau (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjalin kemitraan strategis dengan Pemerintah Denmark dalam mengembangkan energi baru terbarukan (EBT). Kerja sama ini ditandai dengan pemberian rekomendasi Denmark kepada Indonesia dalam bentuk Regional Energy Outlook di empat provinsi, yaitu Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo dan Riau.

"Denmark telah memberikan dukungan terhadap pengembangan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) untuk empat provinsi," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif, Jumat (6/12).

Baca Juga

Arifin mengungkapkan, Pemerintah Denmark membantu menganalisa skenario yang paling cocok untuk 4 wilayah terkait sistem tenaga listrik yang terjangkau, tangguh dan ramah lingkungan. Tak hanya itu, Denmark juga memberikan pilihan energi alternatif khususnya peran EBT dalam menggantikan energi fosil.

"Tantangan kita adalah memanfaatkan potensi EBT dalam outlook dan mereduksi ketergantungan energi fosil," tegas Arifin.

Kemitraan ini disambut hangat oleh Menteri Kerja Sama Pembangunan Denmark Rasmus Prehn. Rekomendasi yang diberikan oleh Denmark diharapkan dapat menciptakan iklim industri EBT yang lebih murah dan efisien.

"Selain bisa meningkatkan pemanfaatan EBT, rekomendasi ini mampu mewujudkan harga EBT yang lebih murah dan efisien dari teknologi yang diterapkan," ujar Rasmus.

Secara rinci, rekomendasi outlook RUED yang diberikan oleh Denmark, pertama Outlook Sulawesi Utara dan Gorontalo. Sulawesi Utara memiliki potensi pengembangan EBT, khususnya hidro, sedangkan Gorontalo berpotensi besar untuk mengembangkan solar. Apabila kedua provinsi ini berhasil mengembangkan energi hidro, energi surya dan menggunakan gas alam untuk menggantikan batubara, maka kedua provinsi ini dapat mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar kurang lebih 50 persen pada tahun 2030.

Kedua, Outlook Kalimantan Selatan. Provinsi ini masih didominasi oleh penggunaan batubara, namun energi angin, energi surya dan gas alam combined cycles dapat dijadikan alternatif energi yang murah untuk menggantikan batubara. Apabila pada tahun 2030 provinsi ini berhasil mengembangkan EBT hingga 34 persen untuk pasokan listrik, maka emisi gas rumah kaca dapat berkurang hingga 48 persen pada tahun 2030.

Ketiga, Outlook Riau dan Sumatera secara keseluruhan memiliki potensi EBT, khususnya energi angin dan energi surya melampaui peran EBT yang digambarkan pada RUPTL 2019-2028. Energi surya dan biogas dianggap kompetitif apabila mendapatkan skema pembiayaan yang baik. Apabila bauran EBT dapat mencapai 2/3 pasokan listrik Riau pada tahun 2030 sesuai RUPTL, maka akan terjadi penghematan pembiayaan infrastruktur listrik sebesar 13 miliar rupiah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement