REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) telah mengembangkan alat pemantau ketinggian air secara real time. Yang berbeda, alat ini memiliki sebuah sistem yang terintegrasi cloud.
Alat dikembangkan Tim Mahasiswa Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, UGM. Terintegrasinya alat kepada cloud bertujuan sebagau usaha mendukung modernisasi irigasi nasional.
Tim sendiri terdiri dari Dwi Wiyantanu dan Muamar Arif Khuluqi, dan pengembangan dilakukan di bawah bimbingan dosen Andri Prima Nugroho. Dwi menjelaskan, sistem terdiri dari modul sensor ultrasonik.
Selain itu, sistem itu memiliki unit mikrokontroler yang dilengkapi dengan mini data logger. Kemudian, ada pula mini solar panel sebagai sumber energi untuk mengisi daya baterai.
"Sensor akan mengestimasi ketinggian muka air melalui pengukuran jarak, selanjutnya data akan dikirim ke cloud dengan menggunakan koneksi internet via jaringan GSM," kata Dwi.
Ia menerangkan, nama Smart AWLR merupakan singkatan dari Automatic Water Level Recorder. Sistem yang ada akan mengukur ketinggiam muka air dan memgirim data ke cloud secara real time.
Sistem yang dikembangkan keduanya berhasil meraih Juara 2 di Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional TEAR 2.0. Gelaran itu diadakan Telkom University di Bandung pada 31 Oktober-3 November 2019 lalu.
Sistem ini memiliki sejumlah keunggulan seperti bentuk yang ringkas. Dilengkapi pula dengan fitur swa-energi, sehingga memungkinkan untuk dipasang di lokasi yang jauh dari sumber listrik.
Tidak cuma itu, peralatan ini memiliki fitur daring-luring mode yang menunjang pengamatan berkelanjutan. Bahkan, sekalipun ketika kondisi sinyal internet yang sedang tidak stabil.
Dwi menjelaskan, bila koneksi internet terputus, maka data akan secara otomatis disimpan di data logger. Kemudian, saat koneksi internet tersambung data akan dikirim ke cloud.
"Sehingga, kemungkinan data hilang dapat diminimalisir," ujar Dwi.
Muamar menambahkan, data ketinggian muka air akan diproses untuk kepentingan selanjutannya. Misal, untuk kebutuhan estimasi debit saluran sesuai dengan lokasi dan karakteristik bangunan ukur.
"Penggunaan yang lebih praktis bertujuan untuk peringatan dini kalau terjadinya banjir, ke depannya kita akan melakukan penyempurnaan dan pengujian kinerja serta kehandalan penerapan lapangan," kata Muamar.