REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti madya dari Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju (PSTBM) Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Sudaryanto mengatakan baterai nuklir harus dipastikan keamanannya. Di dalam penggunaannya, baterai nuklir biasanya harus diaplikasikan ke barang yang spesifik.
Sudaryanto menjelaskan baterai nuklir memiliki kelebihan yakni penggunannya lebih awet (long life). Walaupun demikian, baterai nuklir memiliki kekuatan yang kecil dibandingkan baterai yang lainnya.
"Aplikasinya sangat spesifik, mungkin bisa untuk seperti pesawat ruang angkasa, lampu mercusuar yang jauh dari manusia. Adapun untuk kehidupan sehar-hari seperti mobil listrik faktor keselamatan menjadi penting. Peraturan/perizinan untuk itu pun setahu kami belum ada," kata dia, saat dihubungi Republika, Selasa (3/11).
Menurut dia, pihaknya perlu klarifikasi tentang beberapa hal terkait baterai nuklir tersebut. Khususnya terkait kelayakan aplikasi baterai nuklir sebagai sumber energi dan asal-usul sumber radioaktif yang dikatakan bisa diperoleh dari limbah PLTN (PLTT).
Ketika ditanya apakah Batan memiliki rencana untuk mengembangkan baterai nuklir, Sudaryanto mengatakan pihaknya belum memikirkan hal tersebut. Sebab, kata dia, baterai nuklir secara keilmuan bisa diterima namun secara teknis sulit diwujudkan.
Sudaryanto menambahkan, energi yang dihasilkan tidak sebanding dengan bahaya yang dimiliki. "Secara teknis, misal ada masalah meskipun Pu-238 ada di bahan bekas, tapi bercampur bersama isotop-isotop Pu-239, Pu-340, Pu-241 dan lain-lain yang sukar dipisahkan dan membawa masalah dari aspek keselamatan," kata dia lagi.