Sabtu 30 Nov 2019 03:20 WIB

FKUI Hadirkan Aplikasi Pemantau DBD

Aplikasi pemantau DBD yang dikembangkan FKUI tunjukkan wilayah risiko tinggi DBD.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Departemen IKK FKUI luncurkan aplikasi Healthpoint untuk mengidentifikasi wilayah berisiko DBD.
Foto: Dok IKK FKUI
Departemen IKK FKUI luncurkan aplikasi Healthpoint untuk mengidentifikasi wilayah berisiko DBD.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musim penghujan merupakan masa di mana kasus demam berdarah dengue (DBD) umumnya meningkat. Memasuki musim penghujan, risiko ini tentu perlu diantisipasi dengan baik. Salah satu cara mengantisipasinya adalah dengan memanfaatkan teknologi.

Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) dari Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK) FKUI menciptakan sebuah aplikasi bernama Healthpoint atau HP Kader. Aplikasi ini mampu mengidentifikasi wilayah mana saja yang berisiko tinggi terhadap kasus DBD. Dengan begitu, upaya pencegahan yang maksimal bisa dilakukan di wilayah-wilayah tersebut.

Baca Juga

Sosialisasi penggunaan aplikasi Healthpoint telah dilakukan beberapa waktu lalu di Kantor Lurah Bungur, Jakarta Pusat. Kegiatan sosialisasi yang diselenggarakan oleh Klinik Dokter Keluarga Kiara FKUI dan Kelurahan Bungur ini dihadiri oleh 30 kader Jumantik.

Kader Jumantik adalah relawan yang bertugas melakukan upaya pencegahan DBD dengan memberantas sarang nyamuk di wilayah RT masing-masing kader. Setiap minggu, Kader Jumantik akan mendatangi rumah warga untuk memeriksa setiap wadah untuk memeriksa keberadaan jentik nyamuk.

Nantinya, para kader akan melakuakn pencatatan dan pelaporan kepada koordinator kader. Koordinator akan melaporkan hasil temuan ini kepada puskesmas setempat.

Masalahnya, proses pemantauan yang dilakukan selama ini bersifat manual. Proses pencatatan hanya dilakukan dengan menggunakan kertas sehingga sulit untuk melihat daerah mana yang berisiko terhadap DBD. Berangkat dari masalah inilah, Tim Pengmas FKUI menciptakan aplikasi Healthpoint.

"Kami berinisiatif menciptakan aplikasi Healthpoint yang diharapkan dapat memudahkan pencatatan data lapangan," ungkap dr Levina Chandra Khoe MPH dari Tim Pengmas FKUI, seperti diungkapkan dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Aplikasi Healthpoint atau HP Kader ini dapat diunduh oleh pengguna ponsel pintar berbasis Android. Melalui aplikasi ini, para Kader Jumantik dapat memasukkan data jumlah wadah yang diperiksa, jumlah wadah yang mengandung jentik nyamuk serta mengunggah bukti foto wadah yang telah diperiksa.

Selain itu, tiap lokasi yang telah didatangi oleh Kader Jumantik juga akan terekam dalam koordinat global positioning system (GPS). Dengan begitu, petugas puskesmas akan dapat mengidentifikasi wilayah mana saja yang memiliki angka bebas jumantik rendah.

"Kemudian mereka dapat menindaklanjutinya," tutur Leviana.

Selain memasukkan data dan mengunggah foto, para Kader Jumantik juga dapat mencetak laporan yang sudah dibuat untuk diberikan kepada koordinator kader. Langkah ini dapat memudahkan kader untuk memasukkan data dan membuat laporan.

"(Untuk petugas puskesmas) aplikasi ini akan memudahkan pemetaan wilayah yang berisiko terhadap DBD," timpal Levina.

Tim Pengmas Departemen IKK FKUI ini yang terdiri dari dua orang dosen dan tiga orang mahasiswa. Kelima anggota Tim Pengmas Departemen IKK FKUI yang menggagas aplikasi Healthpoint atau HP Kader ini antara lain drg Agus Sugiharto MARS, dr Levina Chandra Khoe MPH, dr Muhammad Aji Muharrom, dr Dani Muhamad Trianto, dan Reza Haryo Yudanto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement