REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- IPEN, Arnika Association, LSM Indonesia Nexus3, serta Ecoton mengungkapkan studi baru terkait dampak negatif sampah plastik. Berdasarkan hasil penelitian mereka, sampah plastik diketahui telah membuat telur ayam kampung di Desa Bangun, Kabupaten Mojokerto dan Desa Tropodo, Kabupaten Sidoarjo terkontaminasi dioksin.
Direktur Ecoton Indonesia, Prigi Arisandi menjelaskan, Desa Bangun dan Desa Tropodo adalah desa-desa yang terkena dampak yang terletak di dekat perusahaan kertas. Kedua daerah tersebut sejak tahun lalu menjadi lokasi tujuan limbah plastik impor.
"Mereka menerima lebih dari 50 ton plastik bermutu rendah setiap hari," ungkap Prigi.
Akibat cemaran limbah plastik, menurut Prigi, dioksin dalam kadar tinggi terpantau ada di dekat sebuah pabrik tahu di Desa Tropodo, Kabupaten Sidoarjo. Prigi menjelaskan, konsentrasi dioksin pada telur di Desa Tropodo hampir serupa dengan temuan dekat hotspot Agent Orange di Bien Hoa, Vietnam.
"Temuan kadar dioksin pada telur di Tropodo merupakan tertinggi kedua di Asia," kata Prigi saat dikonfirmasi Republika.co.id, Kamis (14/11).
Agent Orange merupakan senjata kimia yang digunakan AS saat perang Vietnam. Akibat penggunaan senjata tersebut, cemaran dioksin di tanah setempat terpantau berada dalam level tertinggi di dunia.
Sementara itu, di Desa Bangun, Prigi dan sejumlah periset melakukan penelitian di dekat tempat pembuangan dan pembakaran sampah plastik. Peneliti menemukan telur yang dihasilkan oleh ayam kampung diekitar lokasi tersebut terkontaminasi perfluorooctane sulfonate (PFOS).
"Kandungan ini termasuk bahan kimia beracun selamanya berdasarkan regulasi global," jelas Prigi.
Selain itu, telur dari Desa Tropodo dan Bangun juga mengandung parafin terklorinasi rantai pendek (SCCP) dan eter difenil polibrominasi (PBDEs). Kedua kandungan ini merupakan bahan kimia tahan api beracun yang digunakan dalam plastik.
"Bahan-bahan kimia ini berbahaya bagi kesehatan manusia," ungkap Prigi.
Telur di dua desa Jatim dilaporkan tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat setempat. Menurut Prigi, telur-telur tersebut turut dijual ke luar desa lainnya.
"Warga biasanya menjadikan telur kampung sebagai bahan pelengkap di minuman tradisional jamu," kata Prigi.
Kondisi ini, menurut Prigi, jelas mengkhawatirkan mengingat bahaya yang ditimbulkan dari telur terkontaminasi dioksin. Berdasarkan penelitian, kandungan dioksin dapat menyebabkan penyakit serius pada manusia, seperti penyakit kardiovaskular, kanker, diabetes, dan endometriosis.
Prigi menjelaskan bahwa bahan kimia penghambat nyala, SCCPs, dan PBDEs juga bisa memberikan dampak negatif pada kesehatan. Kandungan ini mampu mengganggu fungsi endokrin dan secara negatif mempengaruhi kesehatan reproduksi. Sementara itu, kandungan PFOS dapat menyebabkan kerusakan sistem reproduksi dan kekebalan tubuh.
"Dokumen internal perusahaan menunjukkan bahwa produsen mengetahui tentang toksisitasnya selama beberapa dekade, tetapi terus memproduksinya," kata penerima Goldman Enviromental Prize ini.
Melihat situasi ini, Prigi mendorong agar pembuangan sampah plastik dihentikan. Ia menyerukan agar negara-negara pengimpor berhenti memasok skrap plastik dan kertas ke Indonesia.
Skrap plastik masuk ke Indonesia melalui impor daur-ulang, termasuk pengiriman skrap kertas. Sekitar 1,5 juta ton potongan kertas impor dikirim ke Indonesia setiap tahunnya. Bahan-bahan tersebut digunakan oleh pendaur sebagai bahan baku kertas baru.
Selama tiga tahun terakhir, jumlah skrap plastik di dalam bundel kertas daur ulang yang diimpor ke Indonesia melonjak. Lonjakannya dari dua hingga 10 persen menjadi 60 sampai 70 persen. Angka ini menunjukkan skrap kertas digunakan untuk menyembunyikan pembuangan limbah plastik.
Adapun negara-negara pengimpor limbah plastik, antara lain Australia, Kanada dan Irlandia. Selain itu, Italia, Selandia Baru, Inggris, dan Amerika Serikat juga menjadi pengimpor limbah plastik.