Jumat 15 Nov 2019 05:19 WIB

Bukti Arkeologis Manusia Gunakan Narkoba Sebelum Masehi

Abad ke-11 sebelum Masehi, manusia sudah memproduksi bir untuk mabuk.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Narkoba
Foto: Mgrol120
Ilustrasi Narkoba

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setengah abad belakangan, negara-negara di dunia gencar memerangi penyalahgunaan narkoba dan zat adiktif lainnya. Tidak heran jika perang melawan narkoba amat kompleks karena hubungan manusia dengan narkoba sudah ada sejak sebelum Masehi.

Riset yang sudah terbit di Journal of Psychedelic Studies merupakan tinjauan mendalam terhadap literatur arkeologis di seluruh dunia. Penulis studi, Giorgio Samorini, menganalisis bukti awal konsumsi berbagai tanaman psikoaktif dan alkohol.

Tanda tertua penggunaan narkoba ditemukan di sebuah gua di Gunung Karmel, Israel. Terdapat butiran pati pada alat yang memperlihatkan malformasi, petunjuk adanya pembuatan bir. Abad ke-11 sebelum Masehi, manusia sudah memproduksi bir untuk mabuk.

Menurut data, tanaman ganja pertama berasal dari Dataran Tinggi Tibet. Namun, bukti paling awal penggunaannya ditemukan di Jepang. Makrofosil yang mengandung bagian-bagian tanaman itu ditemukan pada potongan-potongan tembikar dari era 8200 SM.

Opium yang biasanya dikaitkan dengan negara-negara seperti Afghanistan, justru pertama kali diramu di Italia. Menurut studi, ada bukti penyerbukan silang yang sengaja dilakukan pada situs Neolitikum di Roma sekitar 5600 SM.

Jamur ajaib dengan kandungan senyawa psikoaktif yang disebut psilocybin awal digunakan oleh penghuni gurun Sahara. Lukisan prasejarah berusia 8.000 tahun silam menggambarkan sosok manusia yang memegang jamur dengan garis putus-putus terhubung ke kepala.

Menurut peneliti, Giorgio Samorini, seniman yang membuat lukisan tampaknya ingin menyampaikan rincian efek psikoaktif pada otak. Berlanjut dengan daun koka yang ditemukan di lantai sebuah rumah di Peru utara telah berusia 6.000 tahun sebelum Masehi.

"Data yang ada tidak selalu sesuai dengan periode akurat penggunaan awal zat, tetapi menjadi bukti arkeologis. Sangat mungkin manusia mengonsumsi masing-masing zat ini lebih lama dari data yang ada," ucap Samorini, dikutip dari laman IFL Science.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement