Rabu 13 Nov 2019 09:48 WIB

NASA Namai Ulang Objek Luar Angkasa Berbau Nazi

Pemilihan nama Arrokoth untuk objek luar angkasa diharap refleksikan semangat NASA.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Indira Rezkisari
NASA
Foto: Reuters
NASA

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- NASA memilih menamai ulang objek di luar angkasa usai menimbulkan kontroversi karena namanya mengandung unsur Nazi. Objek yang semula dinamai Ultima Thule diubah menjadi Arrokoth.

Ultima Thule sebenarnya dapat diartikan benda yang sangat jauh. Tapi nama itu memunculkan kontroversi karena Thule dapat diasosiasikan dengan Nazi.

Baca Juga

Sedang nama Arrokoth berarti langit dalam bahasa suku Amerika. Perubahan nama itu akhirnya membebaskan objek tersebut dari stigma negatif.

Nama baru itu diajukan oleh tim New Horizons yang memimpin misi mencari objek terjauh dari Bumi. Nantinya nama objek itu akan didata dalam Persatuan Astronomi Internasional dan Pusat Planet Kecil.

Tim New Horizons mengakui mengetahui nama Thule sebenarnya mengandung kontroversi. Tapi tim itu sempat berusaha mempertahankan penggunaan nama tersebut.

"Hanya karena orang-orang jahat (Nazi) berhubungan dengan kata itu bukan berarti kami membiarkannya membajak nama itu," kata anggota tim, Alan Sterns seperti dilansir dari laman Independent, Rabu (13/11).

NASA mengklaim nama Thule hanya digunakan sementara saja sebagai penanda objek itu. Nantinya nama baru yang bersifat permanen dan resmi dikeluarkan belakangan.

Namun kontroversi terlanjur terjadi hingga perubahan nama segera dilakukan. Kini pemilihan nama Arrokoth diharapkan menjadi refleksi semangat dari misi New Horizons tersebut.

"Nama Arrokoth merefleksikan inspirasi untuk selalu melihat ke langit dan bertanya-tanya tentang bintang dan dunia di luar sana," ujar Alan.

"Hasrat untuk belajar ialah jantung dari misi New Horizons dan kami merasa terhormat dengan penemuan ini," tambah Alan.

Diketahui, Arrokoth merupakan salah satu dari ribuan objek serupa planet mini yang ditemukan pada Galaksi Kuiper. Galaksi itu berada jauh dari bumi berada. Pertama kali galaksi terdeteksi melalui teleskop luar angkasa Hubble pada 2014.

"Temuan ini akan bermanfaat bagi penelitian akan asal muasal kehidupan," tutur Alan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement