REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - - Meningkatnya populasi tenaga kerja usia milenial di Indonesia kerap membuat perusahaan terkendala dalam mempertahankan produktivitas dan keberadaan mereka di lingkungan kerja. Salah satu penyebabnya, adalah keinginan para pekerja dengan berbagai fasilitas penunjang di luar gaji bulanan.
Menurut Direktur Utama Benefide Else Fernanda, melihat potensi pelayanan kepada karyawan ini, Fast-8 Group kemudian meluncurkan Benefide. Platform ini bisa digunakan oleh perusahaan untuk memberikan fasilitas tambahan terbaik bagi setiap karyawan.
Keinginan Fast-8 Group untuk meluncurkan paltform ini, kata dia, karena sejumlah perusahaan yang sebelumnya telah bekerja sama menggunakan Gadjian. Namun, merasa butuh memberikan fasilitas penunjang kepada setiap karyawannya.
"Kita memang melihat bawah millennial ini saat bekerja tidak hanya menginginkan gaji. Tapi juga benefit apa yang didapat dalam perusahaan itu," ujar Else dalam peluncuran platform Benefide, Rabu (6/11).
Else mengatakan, para pekerja kaum millennial saat ini kerap membutuhkan berbagai fasilitas yang berharap disediakan perusahaan tempat mereka bekerja. Dengan bekerja sama Benefide, perusahaan nantinya bisa mendapat berbagai akses yang bisa dimanfaatkan karyawan.
Saat ini, kata dia, beberapa akses telah ada di Benefide seperti peminjaman uang, konseling untuk investasi setelah gajian, hingga asuransi jiwa. Untuk pinjaman uang Benefide melakukan kerja sam dengan KoinWorks, kemudian untuk konseling secara daring bisa melalui Riliv. Selain itu ada juga aggregator voucher Ultravoucher yang menyediakan anekan voucher gaya hidup.
"Sedangkan untuk asuransi jiwa kita bekerja sama dengan Capital Life yang menyediakan produk asuransi jiwa individu yang memberikan perlindungan terhadap risiko meninggal dunia," kata Else.
Menurutnya, sekarang sudah banyak perusahaan yang berniat melakukan kerja sama dengan Benefide. Rata-rata dari perusahaan ini adalah yang sebelumnya telah menggunakan platform Gadjian dan Hadirr.
"Sudah ada sekitar 1.000 perusahaan yang otomatis on board," katanya.
Else mengatakan, selama ini perusahaan tidak melihat apakah perusahaan yang ingin bekerjasama besar atau tidak. Benefide justru siap berkolaborasi dengan perusahaan start-up yang jumlah karyawannya masih kecil.
Salah satu perusahaan yang juga diajak bekerjasama di dengan Benefide adalah Halofina. Perusahaan ini bergerak di bidang jasa perencanaan manajemen keuangan.
Menurut Chief Eksekutive Officer Halofina Adjie Wicaksana, perusahaan ini meman konsen pada persoalan finansial. Karyawan menjadi salah satu yang disasar karena selama ini banyak dari pekerja yang tidak paham bagaimana mengatur keuangan dari gaji yang diterima.
Harapannya, kata dia, ketika karyawan mendapatkan gaji mereka bisa langsung berkonsultasi lewat Halofina untuk mendapatkan perencanaan keuangan yang paling sesuai dengan kebutuhannya.
"Jadi pas karyawan dapat uang itu meeka bisa mengelola, merencanakan keuanga. Misal berapa persen untuk cicilan, investasi, atau jalan-jalan," katanya.
Adjie mengatakan, ada cara paling mudah untuk mengatur keuangan menggunakan presentase dari gaji yang didapat. Untuk para millennial yang kerap menghamburkan uangnya, sistem 4-3-2-1 menjadi paling pas.
"Sebanyak 40 persen spending (keperluan harian), 30 persen cicilan produktif seperti rumah, 20 persen untuk dana masa depan seperti pendudukan dan umroh, terus 10 persen bayar zakat dan pajak," katanya.