Selasa 29 Oct 2019 05:26 WIB

Ilmuwan Temukan Alasan Warna Telur Burung Berbeda-beda

Telur yang berada di tempat yang lebih dingin akan berwarna cokelat lebih gelap.

Rep: Riza Wahyu Pratama/ Red: Gita Amanda
Wisdom, burung tertua dunia sedang mengerami telurnya.
Foto: Photo: USFWS Photo / Alamy
Wisdom, burung tertua dunia sedang mengerami telurnya.

REPUBLIKA.CO.ID, Ilmuwan memecahkan misteri mengapa warna telur burung yang berbeda-beda. Pada dasarnya, telur burung memiliki dua pigmen warna, kehijauan dan cokelat kemerahan. Kedua pigmen tersebut kemudian bercampur dengan kalsium karbonat berwarna putih yang ada di cangkang telur. Oleh karenanya, timbul warna mulai dari biru tua, kehijauan, hingga cokelat kemerahan.

Namun, perbedaan tampilan telur burung itu menjadi pedebatan sengit di antara ilmuwan. Mulai dari teori untuk berkamuflase, mengurangi efek bahaya sinar UV pada DNA embrio, mengenali telur burung yang menjadi milik mereka, sampai teori tentang kemungkinan perbedaan warna tersebut untuk menangkal mikroba yang berbeda pula.

Baca Juga

Para peneliti mengatakan, faktor-faktor tersebut memiliki pengaruh di tingkat lokal. Sedangkan secara global, hal itu dipengaruhi oleh suhu. Sebagaimana dilansir oleh The Guardian, Senin (28/10).

"Telur yang berada di tempat yang lebih dingin akan berwarna coklat lebih gelap. Sementara telur yang ada di daerah tropis dan bahkan di daerah beriklim sedang, akan lebih banyak tekanan seleksi yang bersaing, sehingga warnanya kan menjadi lebih bervariasi," kata peneliti dari Long Island University, Dr Daniel Hanley.

Dengan terjadinya pemanasan global, ia pun khawatir terhadap organisme seperti burung yang memiliki karakter penyesuaian pada iklim tertentu.

Dalam jurnal Nature Ecology and Evolution, Hanley dan rekannya melaporkan, mereka menganalisis warna dan kecerahan satu telur dari 634 spesies burung dari seluruh dunia. Selain itu, mereka juga melihat ragam perkembangbiakan masing-masing spesies.

Kemudian, mereka mengambil rata-rata kecerahan dan warna telur seluruh komunitas di area tertentu. Lalu, mereka membuat petanya. Hasilnya, Hanley mengatakan, sebagian besar spesies memiliki telur dengan penampilan tertentu.

Peta tersebut menandakan bahwa telur yang lebih gelap cenderung lazim berada di daerah dengan intensitas matahari rendah. Sementara telur umumnya lebih cerah, di daerah dengan intensitas matahari lebih tinggi. Ia menegaska, kecenderungan itu tetap bertahan setelah dibandingkan pula dengan jenis sarang yang berbeda-beda.

Sementara tempat yang lebih dingin umumnya dikaitkan dengan warna telur cokelat. Sedangkan, warna dari cokelat ke biru ditemukan di daerah yang lebih hangat.

Meskipun tingkat radiasi UVB berada di daerah yang memiliki intensitas matahari tinggi. Namun, mereka mengatakan, hal itu tidak berpengaruh signifikan karena telur biru ke hijau akan lebih baik dalam menghalangi cahaya.

Di sisi lain, telur yang terletak di daerah radiasi tinggi umumnya berwarna lebih cerah daripada wilayah yang lebih dingin. Mereka menambahkan, kulit telur umumnya buruk dalam menyerap cahaya.

Tim penelitian mengatakan, masuk akal jika kecerahan dan warna telur berkaitan dengan suhu. Lantaran, telur yang berwarna gelap akan mudah menyerap panas. Hal itu menguntungkan bagi burumg yang tinggal di daerah dingin. Pasalnya, embrio telur perlu disimpan dalam kisaran suhu tertentu.

Sedangkan di daerah panas, warna kulit telur bulan dipengaruhi oleh kegunaan untuk menyerap panas. Namun, lebih cenderung berkaitan dengan antimikroba, risiko predator lain, dan kekuatan kulit telur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement