Rabu 23 Oct 2019 20:05 WIB

Restoran Pantau Keluhan Pelanggan dengan Kecerdasan Buatan

Keluhan pelanggan bisa dilacak melalui sosial media dengan algoritma khusus.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Nora Azizah
Artificial Intelligence. Ilustrasi
Foto: Huffingtonpost
Artificial Intelligence. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, DENVER -- Sejumlah restoran saat ini menggunakan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk melihat di sosial media bagaimana pelanggannya merasakan sesuatu. Restoran menggunakan cara ini untuk memantau jutaan akun media sosial terkait masalah keamanan pangan.

Algoritma khusus perusahaan melacak keluhan kesehatan di sekitar restoran. Media sosial seperti Twitter, Facebook, dan platform lain dideteksi apabila ada keluhan soal muntah, sakit, atau kata kunci bertarget serupa untuk menunjukkan kemungkinan wabah penyakit bawaan makanan.

Baca Juga

Hal ini mirip dengan kerja sama Harvard T.H Chan School of Public Health dengan Google untuk mengidentifikasi restoran yang berpotensi tidak aman. Pengacara yang fokus dalam industri makanan, Michelle Harden mengatakan itu semua adalah bagian dari fokus baru pada kemanan makanan. Menurut dia, perusahaan khawatir pelanggan yang memakan makanan terkontaminasi menyebabkan mereka sakit.

"Sebagian besar berita yang saya dengar tentang keamanan makanan sebenarnya adalah berita baik," kata Harden, dalam Stat News, Rabu (23/10).

Ia menjelaskan, saat ini ketika sebuah insiden terjadi responsnya cukup cepat dan terkoordinasi dengan baik. Selain itu, keputusan yang dilakukan cukup efisien untuk menjaga agar masyarakat tetap aman.

Hari ini, ia mengatakan, setiap tes untuk penyakit bawaan makanan masuk ke satu basis data salah satunya PulseNet. Setelah itu, pembuat keputusan harus dengan cepat menentukan dimana orang-orang itu makan dan darimana penularan penyakit itu berasal.

Media sosial, kata Harden memberi restoran dan perusahaan lain peluang untuk berbicara langsung dengan pelanggan. Namun, mereka harus siap ketika para pelanggan membalas dan yang dikatakannya tidak sepenuhnya positif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement