REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI — Sebuah mutiara berusia 8.000 tahun ditampilkan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Para arkeolog mengatakan mutiara ini adalah yang tertua di dunia.
Menurut pihak berwenang, ini adalah bukti benda-benda telah diperdagangkan sejak zaman Neolitik. Seperti yang dilansir Malay Mail, Senin (21/10), mutiara alami itu diperoleh di lantai sebuah ruangan yang ditemukan selama penggalian di Pulau Marawah, di luar ibu kota Uni Emirat Arab.
Tempat tersebut mengungkapkan arsitektur paling awal yang ditemukan di negara itu. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Abu Dhabi mengungkapkan lapisan-lapisan mutiara itu berasal dari karbon selama periode Neolitik sekitar 5.800-5.600 SM.
“Penemuan mutiara tertua di dunia di Abu Dhabi memperjelas banyak sejarah ekonomi dan budaya kami baru-baru ini berasa dari masa awal prasejarah,” kata Ketua Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Abu Dhabi, Mohamed Al-Muabarak.
Penggalian situs Marawah, yang terdiri dari banyak struktur batu Neolitikum yang runtuh, juga menghasilkan keramik, manik-manik yang terbuat dari kulit dan batu, serta panah batu api.
“Abu Dhabi Pearl” akan ditampilkan untuk pertama kalinya dalam pameran 10.000 Years of Luxury yang dibuka pada 30 Oktober di Louvre Abu Dhabi. Para ahli Emirati percaya mutiara itu diperdagangkan dengan Mesopotamia dengan imbalan keramik dan barang-barang lainnya.
Mutiara juga cenderung dikenakan sebagai perhiasan. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Abu Dhabi mengatakan, pedagang permata Venesia Gasparo Balbi, yang melakukan perjalanan melalui wilayah itu, menyebut pulau-pulau di lepas pantai Abu Dhabi sebagai sumber mutuara di abad ke-16.
Industri mutiara pernah menopang perekonomian Uni Emirat Arab. Namun, perdagangannya runtuh pada 1930-an dengan munculnya mutiara dengan sentuhan budaya Jepang dan ketika konflik mengguncang ekonomi global. Sebaliknya, negara-negara Teluk beralih ke industri minyak yang mendominasi ekonomi mereka hingga hari ini.