Senin 07 Oct 2019 10:59 WIB

NASA Kembangkan Pesawat Listrik

NASA berusaha menekan biaya dan dampak lingkungan.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Gita Amanda
NASA
NASA

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) berusaha menekan biaya dan dampak lingkungan akibat eksplorasi dirgantara dan ruang angkasa. Caranya, NASA bermitra dengan industri komersial untuk mengembangkan pesawat listrik.

NASA berharap alternatif tersebut dapat menghemat bahan bakar dan biaya jet pada 2035. Tantangan proyek itu cukup signifikan karena pesawat listrik membutuhkan komponen sentral berupa inverter yang ringan dan kompak sebagai penggerak.

Baca Juga

Laman Universe Today melaporkan, NASA tengah mendalami ilmu material untuk membuat komponen yang sesuai. Untuk tujuan tersebut, NASA baru-baru ini menandatangani kontrak senilai 12 juta dolar AS dengan General Electric (GE).

GE dikenal sebagai salah satu pionir pengembangan teknologi silikon karbida (SiC) mutakhir. Kedua pihak berharap mineral semikonduktor tersebut dapat memenuhi ukuran, daya, dan persyaratan efisiensi inverter yang dibutuhkan.

"Kita memiliki peluang untuk mengembangkan sistem yang mengurangi biaya, konsumsi energi, dan kebisingan, sambil membuka pasar dan peluang baru bagi perusahaan-perusahaan Amerika," kata Manajer Proyek Teknologi Transportasi Udara Tingkat Lanjut NASA Jim Heidmann.

Dia mengatakan, kerja sama dengan industri dan akademisi sangat penting guna memastikan teknologi tepat tersedia untuk kebutuhan penumpang dan operator di masa depan. NASA menganggap kemitraannya dengan GE menjadi salah satu kunci keberhasilan proyek.

Pengembangan sistem kelistrikan tersebut berlangsung di NASA Electric Aircraft Testbed (NEAT) di Sandusky, Ohio, yang sebelumnya bernama NASA Glenn Hypersonic Tunnel Facility. Tim merancang, mengembangkan, merakit, dan menguji sistem tenaga pesawat listrik.

Mei 2019 silam, NEAT melakukan tes skala megawatt pertamanya berkat sejumlah besar daya yang dimiliki fasilitas ini. Sebelumnya, NASA mengumumkan kemitraan lain dengan Boeing dan United Technologies Pratt & Whitney untuk mempelajari manfaat dan risiko inovasi itu.

Bagaimanapun, kemungkinan hadirnya pesawat listrik dan hibrida menjadi kabar baik di tengah ancaman perubahan iklim. Pengembangan alternatif untuk pembuatan, produksi energi, dan transportasi sangat perlu dengan adanya proyeksi populasi dunia mencapai hampir 10 miliar jiwa pada tahun 2050.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement