Kamis 19 Sep 2019 22:12 WIB

Bestari, Becak Wisata Religi di Ciomas

BESTARI menjadi sarana wisata yang mengandung nilai edukasi bagi masyarakat.

Bestari, becak wisata religi.
Foto: KPM
Bestari, becak wisata religi.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Para pengemudi becak yang acapkali mangkal di Komplek Taman Pagelaran, Ciomas, Kabupaten Bogor, kini menjelma sebagai transportasi wisata yang bernama BESTARI (Becak Wisata Religi). Bestari menjadi solusi dari berkurangnya pendapatan bagi pengemudi becak sebagai alat transportasi tradisional lantaran menjamurkan ragam transportasi.

Hal tersebut diungkapkan Herman Hadiwijaya selaku Penanggung Jawab Program.

Dia mengatakan “BESTARI ini adalah salah satu kelanjutan dari program pelatihan suprarasional yang telah mereka ikuti pada hari Ahad (28/7). Pelatihan Suprarasional digagas oleh Ridwan Hasan Saputra (RHS).

Herman mengatakan, eksistensi moda transportasi lawas ditengah modernisasi adalah hal yang menarik. Sebab, selain menjadi tambahan income bagi pengemudi becak, BESTARI menjadi sarana wisata yang mengandung nilai edukasi bagi masyarakat, khususnya dikalangan pelajar.

Pertama, peserta yang sedang mengikuti kegiatan di Klinik Pendidikan MIPA diajak berkeliling menikmati perjalanan pagi di desa Laladon. Mereka juga disuguhkan dengan pemandangan hamparan sawah yang luas, sehingga kegiatan tersebut dapat menjadi sarana refreshing disela-sela proses belajar. 

Kedua, peserta (khususnya pelajar) dapat berinteraksi dan mengambil hikmah dari pengalaman hidup pengemudi becak. “Sehingga para peserta akan merasa lebih bersyukur dan termotivasi untuk senantiasa menjadi lebih baik dalam menapaki kehidupan di masa depan,” ujar Kang Herman.

Meski perdana beroperasi pada hari Rabu (18/9), BESTARI langsung mendapat respons positif dan disambut gembira salah satu orangtua siswa Klinik Pendidikan MIPA, Mainita Hidayati. Ia mengaku bersyukur dengan hadirnya BESTARI.

 “Alhamdulillah, terima kasih banyak kepada KPM yang telah menghadirkan becak wisata religi. Sehingga anak saya semakin bersemangat mengikuti kegiatan Suprarational Math Camp (SMC) bersama KPM,” ujarnya. 

Menurut Mainita, hadirnya kegiatan tersebut memiliki makna yang berarti bagi kehidupan putranya agar semakin bersyukur dari pengalaman hidup tukang becak untuk kemudian dijadikan hikmah dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Dari perjalanannya bersama tukang becak, anak saya pun sampai menangis setelah mendengar kisah Sang Tukang Becak yang menggantungkan hidupnya hanya dari menarik becak karena minimnya keterampilan dan faktor pendidikan. Dari pengalaman tersebut, saya bersyukur anak saya semakin termotivasi untuk semangat belajar dan mengasah keterampilan demi kehidupan yang lebih baik,” ucap dia.

Ardito Rahkmanov, salah satu peserta SMC asal SDN Cibuluh 1 Bogor, merasa senang setelah mengikuti wisata becak religi karena selama ini sudah jarang naik becak. Hal senada diungkapkan Alice Aneira Earlaene, pelajar asal SDI Assuryaniyah Bekasi tampak sumringah ketika diajak berkeliling melihat hamparan sawah di pagi hari, sehingga membuat semangat belajarnya pun semakin meningkat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement