Kamis 19 Sep 2019 10:56 WIB

Nielsen: Belanja Iklan Media Digital Mulai Diperhitungkan

Sudah waktunya bagi Nielsen memonitor belanja iklan di platform digital.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Ponsel Pintar / Ilustrasi
Foto: pixabay
Ponsel Pintar / Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nielsen memaparkan hasil studi 'Nielsen Digital Advertising Expenditure H1 2019', Rabu (18/9). Berdasarkan survei yang dilakukan Nielsen, iklan di media digital mendapatkan porsi belanja iklan sekitar 6 persen (Rp 9,3 triliun).

Ini kali pertama Nielsen turut memantau belanja iklan pada media digital. Belanja iklan di media digital turut diperhitungkan karena saat ini konsumsi digital di tengah masyarakat cukup tinggi.

Baca Juga

"Sudah waktunya bagi Nielsen untuk monitoring belanja iklan di digital," jelas Executive Director Nielsen Media, Hellen Katherina, di Jakarta.

Hellen memaparkan, kategori iklan yang paling banyak ditemukan pada media digital adalah layanan daring, perangkat komunikasi, kendaraan pribadi, produk perawatan rambut, susu cair, hingga produk perawatan muka. Kemudian, kategori iklan juga banyak untuk maskapai penerbangan, susu bubuk, minuman kesehatan serta pemerintah atau organisasi politik.

"Pemerintah dan (organisasi) politik kenapa besar? Karena kemarin kan Pemilu," tutur Hellen.

Sedangkan tiga besar brand atau produk yang merajai iklan di media digital adalah ponsel Vivo, ponsel Samsung, dan situs belanja daring Tokopedia. Selain itu ada pula Hilo Chcocolate Banana, ponsel Oppo, situs belanja daring Shopee, Blibli, Tiket, Traveloka, serta ponsel Realme.

Survei Nielsen melibatkan wawancara tatap muka dengan lebih dari 17 ribu partisipan berusia di atas 10 tahun. Selain itu, Nielsen juga turut memantau 15 stasiun TV nasional, 98 surat kabar, 65 majalah dan tabloid, serta 200 situs top di Indonesia, termasuk 18 Youtube Channel resmi.

"(Website dengan) iklan ilegal tidak kita masukkan. Seperti situs judi atau situs video pembajakan," ungkap Hellen.

Iklan di media digital mungkin bisa dikatakan sebagai 'pemain baru'. Akan tetapi, survei menunjukkan bahwa media digital telah diperhitungkan oleh pemilik brand sebagai salah satu pilihan utama untuk membelanjakan anggaran iklan mereka.

"Sebagai 'pendatang baru', media digital telah mampu menunjukkan eksistensinya dalam hal belanja iklan di tengah dominasi televisi," tukas Hellen.

Sementara dari studi tersebut, sekitar 79 persen (Rp 130 triliun) belanja iklan brand masih diperuntukkan bagi iklan di media televisi. Sementara, sekitar 15 persen (Rp 24,3 triliun) untuk iklan di media cetak. Bila ditambahkan dengan belanja iklan di media digital, total belanja iklan brand selama periode tersebut menembus Rp 165 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement