REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mikroplastik, partikel plastik yang terurai berdiameter kurang dari 5 milimeter telah ditemukan di hampir setiap sumber air mulai dari sungai, danau, laut, bahkan air minum. Meski begitu peneliti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklaim, mikroplastik dalam air minum tidak akan memberikan efek buruk bagi kesehatan manusia karena mikroplastik tidak akan diserap usus.
Hal ini didasarkan pada penilaian studi yang ada pada mikropalstik dan air minum serta model yang dibuat melalui temuan-temuan yang mewakili skenario terburuk dari paparan mikroplastik.
“Maka tidak perlu terlalu khawatir mikroplastik dalam air minum akan berdampak pada masalah kesehatan secara keseluruhan," kata peneliti WHO Bruce Gordon dilansir ABC News, Sabtu (24/8).
Selain itu, menurut Gordon, mikroplastik adalah kontributor yang sangat kecil terhadap bakteri yang biasanya berkoloni. Dan, lanjut dia, hingga kini tidak ada informasi yang cukup kuat terkait bahaya fisik partikel plastik, terutama untuk partikel ukuran nano.
Gordon menyebut, masalah yang lebih mendesak mengenai air minum adalah diperkirakan 2 miliar orang meminum air yang terkontaminasi dengan kotoran. Ironisnya, hal itu menyebabkan hampir 1 juta kematian per tahun.
"Itu harus menjadi fokus dari regulator di seluruh dunia dan kami tidak merekomendasikan agar regulator memantau mikroplastik secara rutin. Sebagian besar populasi di seluruh dunia tidak memiliki akses ke pengolahan air yang efektif,” kata Gordon menjelaskan.