Kamis 22 Aug 2019 06:53 WIB

Mahasiswa Kembangkan Bakteri Kitinolotik Atasi Jamur Cabai

Kitinolotik menjadi penyebab penyakit antraknosa yang menurunkan produksi cabai.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Nora Azizah
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB) berhasil menemukan solusi mengatasi jamur pada cabai rawit melalui pengembangan bakteri kitinolotik UB Forest.
Foto: Dok. Pribadi
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB) berhasil menemukan solusi mengatasi jamur pada cabai rawit melalui pengembangan bakteri kitinolotik UB Forest.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB) berhasil menemukan solusi mengatasi jamur pada cabai rawit. Solusi dilakukan melalui pengembangan bakteri kitinolotik UB Forest oleh Cindy Diah Ayu Fitriana, Nava Karina, dan Achmad Roekhan.

Perwakilan kelompok UB, Acmad Roekhan mengatakan, ide penciptaan solusi ini tak lepas dari kondisi cabai rawit. Berdasarkan data Bank Indonesia (2018), cabai rawit menjadi komoditas hortikultura penyumbang inflasi sebesar 0.08 persen dari 3.2 persen di tingkat nasional. Kondisi ini akibat banyaknya cabai yang terkena serangan penyakit antraknosa (patek) oleh jamur patogen Colletotrichum capsici.

 

Menurut Roekhan, penyakit antraknosa pada cabai rawit mampu menurunkan produksi sebesar 50 hingga 90 persen per hektare (ha). "Dan pengendalian penyakit oleh petani dengan fungisida cenderung belum efektif dan menimbulkan dampak serius terhadap lingkungan dan kesehatan," ujar Roekhan. 

 

Melihat situasi ini, ketiga mahasiswa UB tersebut melakukan pengembangan bakteri kitinolotik UB Forest. Bakteri ini dianggap memiliki kemampuan cepat dan tepat dalam menghambat patogen Colletotrichum capsici penyebab antraknosa. Selain itu, juga lebih aktif di perairan sehingga sangat aplikatif apabila diimplementasikan di bidang pertanian.

 

Sejauh ini, Roekhan melanjutkan, bakteri kitinolitik umumnya ditemukan di perairan. UB Forest sendiri memiliki 78 bakteri. Dari total tersebut, 76 di antaranya merupakan bakteri kitinolitik.

 

Berdasarkan penelitian tim, bakteri kitinolitik UB Forest memiliki kemampuan menghambat jamur Colletotrichum capsici penyebab antraknosa. Bahkan, presentase keberhasilannya sebagai penghambat mencapai 100 persen. "Ini karena bakteri kitinolitik memiliki kemampuan yang cepat dalam melisis dinding sel patogen yang komponen utama berupa kitin sebesar 22-40 persen," tambah dia.

Dari sifat-sifat tersebut, Roekhan dan tim pun memanfaatkan bakteri kitinolitik UB Forest sebagai mikroba antagonis. Dalam hal ini berperan sebagai green technology berbasis agens hayati sehingga perlu dikembangkan. Dia juga berharap dapat menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan antraknosa serta mendukung implementasi pertanian yang berkelanjutan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement