REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jamilah menemukan bahan baku obatanti kanker dari tanaman Calophyllum spp. Tanaman tersebut juga dikenal dengan nama Bintangur.
"Hasil penelitian kami telah membuktikan bahwa Calophyllum mengandung senyawa aktif antikanker dan antimalaria," kata Jamilah dalam orasi pengukuhan Profesor Riset yang berjudul "Penemuan Senyawa Aktif Baru dari Calophyllum spp sebagai Bahan Baku Obat Antikanker dan Antimalaria" di Jakarta, Selasa.
Dari hasil penelitian, Jamilah menemukan tiga senyawa baru dan 16 senyawa lama yang telah diidentifikasi strukturnya. Tiga senyawa baru tersebut adalah jayapurakumarin yang berupa bubuk kuning muda dan mempunyai aktivitas antikanker dan diperoleh dari tumbuhan Calophyllum soulattri dari Jayapura di Papua.
Senyawa baru selanjutnya adalah azizkumarin yang aktif sebagai antikanker dari Calophyllum incrasaptum dari Pelalawan, Riau. Kemudian, senyawa calocoumarin juga aktif sebagai anti kanker yang diperoleh dari tanaman Calophyllum tetrapterum dari Gunung Kerinci, Jambi.
"Di Indonesia, peluang untuk pengembangan senyawa aktif antikanker dan antimalaria untuk dijadikan obat pengganti obat impor masih terbuka lebar," ujarnya.
Jamilah menuturkan bahwa kanker merupakan penyebab kematian dan kejangkitan yang terbesar di dunia dibandingkan penyakit lain. Jumlah pengidapnya meningkat hingga 70 persen dalam dua dekade.
Sementara itu, malaria adalah penyakit infeksi yang mematikan nomor lima setelah penyakit infeksi saluran nafas, HIV/AIDS, diare, dan TBC. Jamilah mengatakan, tumbuhan Calophyllum spp mempunyai potensi sebagai sumber bahan baku obat kanker dan malaria.
Calophyllum mengandung senyawa santon, kumarin, biflavonoid, benzofenon, neoflavonoid, triterpen, dan steroid yang memiliki aktivitas antiimflamasi, antijamur, antihipoglikemia, antiplatelet, antitumor, antimalaria dan antibakteri serta anti-TBC.
Tanaman Calophyllum tersebar di hampir semua pulau-pulau besar di Indonesia. Ketersediaannya sangat melimpah untuk dapat mendukung pembuatan obat anti kanker dan anti malaria.
"Untuk ikut berperan mengeliminasi malaria dan mengatasi penyakit kanker di Indonesia, kami tertarik mencari senyawa baru dari tumbuhan Indonesia, yaitu tumbuhan Calophyllum," tutur Jamilah.
Menurut Jamilah, barvariasinya tumbuhan Calophyllum sebagai sumber bahan baku menuntut banyak riset dan pengembangan agar dapat menghasilkan senyawa baru untuk dijadikan obat antimalaria dan antikanker yang lebih efektif, aman, dan ekonomis. Ia mengatakan, untuk mewujudkan industri bahan baku obat antikanker dan antimalaria yang memanfaatkan bahan baku tumbuhan Calophyllum, perlu dilakukan kerja sama yang terpadu antara institusi penelitian dengan pihak industri agar dapat bersaing dengan harga obat impor.