REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebuah analisis awal dari data suhu global menunjukkan bahwa Juli diperkirakan menjadi bulan terpanas. Data dari 29 hari pertama dalam sebulan di mana banyak negara memiliki gelombang panas adalah "setara" atau sedikit lebih tinggi dari rekor yang ditetapkan pada Juli 2016, Jumat (2/8).
Dikutip dari BBC, penilaian itu dilakukan oleh para peneliti di Layanan Perubahan Iklim Copernicus (C3S) Uni Eropa. Para ilmuwan mengatakan itu adalah tanda terbaru bahwa Bumi mengalami pemanasan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Data baru yang dikumpulkan oleh C3S menggabungkan pengamatan dari satelit dan stasiun berbasis darat. Angka-angka pada Juli kemungkinan akan menjadi yang tertinggi yang dicatat dalam dataset 40 tahun organisasi.
Mereka mengikuti dari catatan global untuk Juni, yang dikonfirmasi oleh data dari beberapa lembaga berbeda. Menurut Copernicus, setiap bulan pada tahun ini masuk dalam peringkat di antara empat terpanas dalam catatan untuk bulan yang bersangkutan.
Meskipun para peneliti tidak dapat secara langsung mengaitkan angka tinggi ini dengan perubahan iklim, ada hipotesis di antara para ilmuwan bahwa emisi karbon dioksida dari aktivitas manusia mengubah suhu latar belakang dan membuat adanya rekor baru pada tingginya suhu bumi.
"Bulan ini sangat panas tetapi bagi saya ini bukan poin utama. Poin utamanya adalah tidak hanya bulan ini yang sangat panas, tetapi bulan lalu juga sangat panas. Semua bulan selama 2019 telah sangat panas dalam hal dibandingkan dengan tahun-tahun lain," kata Dr Freja Vamborg dari Copernicus.
Menurut Vamborg, tren itu tidak akan berhenti kecuali kita melakukan sesuatu untuk mengekang emisi gas rumah kaca.
Sementara Juli secara umum adalah bulan terpanas, tahun ini gelombang panas yang luar biasa telah menyerang Eropa, AS, dan Arktik. Catatan suhu baru ditetapkan di Belgia, Belanda dan Jerman ketika pengukur memperlihatkan suhu naik di atas 40 derajat celcius di banyak tempat. Rekor panas Inggris baru ditetapkan dengan 38,7 celcius di Botanic Garden Universitas Cambridge.
Di AS, jutaan orang terkena dampak ketika suhu meningkat di sepanjang Pantai Timur dan di Midwest. Alaska mengalami lonjakan dramatis, dengan panasnya memecahkan rekor sebelumnya di beberapa kota. Di Anchorage, pengukur suhu bertahan di atas 26 derajat celcius selama enam hari berturut-turut, menggandakan rekor sebelumnya.
Kebakaran hutan berkobar di seluruh Kutub Utara dengan jutaan hektar terbakar di bagian utara Rusia. India telah menderita gelombang panas dan kekurangan air yang parah. Jepang mengalami lebih dari 5.000 orang mencari perawatan di rumah sakit karena gelombang panas sepekan.