Kamis 01 Aug 2019 12:30 WIB

LIPI: Plastik Oxo Sama Bahayanya dengan Plastik Konvensional

Plastik oxo bisa menimbulkan risiko timbulnya mikroplastik ke dalam lingkungan.

Kantong plastik berteknologi oxium atau oxo-biodegradable yang dapat terurai setelah 3 hingga 5 tahun.
Foto: dok. Istimewa
Kantong plastik berteknologi oxium atau oxo-biodegradable yang dapat terurai setelah 3 hingga 5 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut kajian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), plastik oxo yang sebelumnya diisukan lebih sehat untuk membungkus daging hewan kurban berbeda dengan bioplastik yang terbuat dari singkong asli.

"Bioplastik yang terbuat dari singkong bersifat lebih lentur dan mudah larut dalam air panas. Bioplastik dalam hitungan enam bulan juga bisa terurai bukan bertahun-tahun seperti plastik oxo," ujar Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Agus Haryono ketika dihubungi, Kamis (1/8).

Baca Juga

Plastik oxo sebenarnya adalah plastik biasa yang diberi tambahan material katalis, agar dapat mengakselerasi fragmentasi plastik menjadi serpihan kecil. "Disebut plastik oxodegradable karena proses oksidasi oleh panas memperburuk kualitas plastiknya sehingga pecah menjadi serpihan kecil," ujar Agus.

Katalis itu dapat berfungsi mempercepat plastik terkoyak dengan kondisi khusus seperti adanya radiasi sinar ultraviolet (UV) atau paparan panas matahari. Agus menambahkan, plastik oxo tidak lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan plastik biasa.

Namun, plastik oxo memang lebih cepat terurai jika dalam kondisi khusus tadi. "Jika plastik konvensional 50 tahun baru terurai, plastik oxo ini lebih cepat kalau terpapar sinar matahari," ujar dia.

Namun, kata Agus, bahayanya sama dengan plastik biasa. Apalagi jika plastik oxo terbuang ke sungai atau laut dan dimakan oleh biota yang hidup di sana karena sama-sama dapat mencemari lingkungan.

"Jika plastik oxo tidak terdegradasi penuh dalam waktu yang cukup, justru menimbulkan risiko timbulnya mikroplastik ke dalam lingkungan dan rantai makanan kita dari ikan dan biota laut lainnya," ujar Agus.

Oleh karena itu, kata Agus, perlakukanlah plastik oxo ini seperti plastik biasa. "Jangan dibuang sembarangan, apalagi ke sungai atau lautan," ujarnya.

Sebelumnya, kabar hoaks soal plastik oxo tersebar karena ada kesalahan penyebutan oleh seorang reseller plastik tersebut. Dikatakan, plastik yang dijualnya bukan berbahan dasar singkong tapi berteknologi oxodegradable. Ia juga berpesan agar orang-orang jangan sampai salah sangka, plastik itu juga tidak bisa terurai dalam air.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memiliki solusi terkait bagaimana cara membungkus daging kurban yang lebih ramah lingkungan dibanding memakai plastik. Ia menerapkan penggunaan besek bambu beralaskan daun pisang sebagai pengganti kantong plastik untuk digunakan pada Hari Raya Idul Adha tahun ini.

“Dan yang tidak kalah penting, tahun ini kita menggalakkan agar menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan," katanya di Ruang Serba Guna Masjid Pusat Islam Jakarta, di Jakarta Utara, Selasa (30/7).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement