REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Chief Communication Officer Dana, Chrisma Albandjar mengatakan, ada sejumlah aspek yang membuat dompet digital cocok untuk dipakai warga kepulauan, seperti di Maluku. Ia menyatakan, Dana telah menunjukkan kapabilitasnya sebagai infrastruktur pembayaran digital dan semakin dapat diandalkan oleh setiap lapisan masyarakat di Indonesia untuk meningkatkan produktivitas pada setiap kegiatan ekonomi yang dilakukan.
"Secara geografis, wilayah Maluku ini pulau-pulaunya tersebar, kemudian transportasi uangnya susah dan secara fisik harus dibawa, uangnya berpindah-pindah tangan bisa rusak, robek, hilang, uang palsu, dan ATM tidak tersedia di seluruh tempat," ungkap Chrisma di Ambon, Senin.
Chrisma mengatakan, Maluku berbeda dengan Pulau Jawa yang masyarakatnya mudah menemukan mesin ATM. Ia mengungkapkan, teknologi dompet digital dapat membantu Maluku untuk bergerak lebih cepat secara ekonomi.
Untuk belanja barang berharga di tempat jauh dan terpencil, seperti mutiara di Kabupaten Kepulauan Aru, misalnya, peminat tidak perlu membawa uang tunai lagi. Menurut Chrisma, pembeli cukup dengan menggunakan teknologi yang disediakan Dana untuk bisa melakukan transaksi.
"Selama kita punya uang di bank maka kita bisa belanja dan itu bisa diterima oleh setiap UKM dan nantinya kalau UKM sudah menerima uang itu, dia bisa cash outing ke bank lagi, sehingga secara fisik uangnya tidak bisa dilihat, tetapi bisa dipindahkan," jelas Chrisma.
Menurut Chrisma, pengguna Dana di seluruh Indonesia sudah mencapai lebih dari 20 juta orang dengan kegiatan transaksinya sekiar 1,5 juta per hari. Sebaran pengguna internet di seluruh Indonesia dibanding Maluku 2,4 persen dan kira-kira kurang sedikit dari jumlah tersebut, yang paling banyak anak-anak muda dan dominannya dilakukan transaksi belanja online.
"Di Provinsi Maluku ada UKM banyak, barang berharganya mahal-mahal dan lokasinya sulit terjangkau sehingga menjadi potensi bagi Dana untuk membantu UKM dan yang dibutuhkan hanyalah telepon pintar dan signal," ujar Chrisma.
Tetapi untuk daerah yang jaringan teleponnya belum maksimal, Chrisma mengatakan selebihnya tergantung peran pemerintah. Sejauh ini, pemerintah sudah membangun Palapa Ring dan jaringan serat optik bawah laut, namun itu masih perlu diakselerasi agar masalah internet tidak lagi jadi hambatan.
Ketika internet sudah menjadi sesuatu yang umum, menurut Chrisma kuncinya ada di kalangan muda, apakah mau menjadi konsumen digital atau produsen digital. Ia menjelaskan, konsumen digital hanya membaca Facebook, main game online, nonton Youtube, atau dengar musik, sedangkan produsen digital bisa belajar jualan daring, menerima pembayaran online, jadi programer, dan sebagainya.
"Soal faktor keamanan, lisensi Dana dari Bank Indonesia jadi diawasi langsung dari BI, data recovery center-nya ada di Indonesia, dan pemberlakuannya benar-benar sekeras di bank karena ini adalah sistem pembayaran digital dan kami punya sertifikasi PCISS sama dengan Visa Master," jelasnya.
Chrisma menjelaskan, Dana sebagai dompet digital buatan lokal menjamin 100 persen uang kembali kalau hilang. Kebijakan ini berlaku baik bagi pengguna, bank, maupun pedagang.