Selasa 30 Jul 2019 13:12 WIB

RHS Ajak Tukang Becak Berpikir Suprarasional

Pelatihan ini bertujuan untuk membantu dan meningkatkan taraf hidup pengemudi becak.

Ridwan Hasan Saputra (RHS) memberi pelatihan cara berpikir suprarasional kepada para tukang becak.
Foto: Klinik Pendidikan MIPA
Ridwan Hasan Saputra (RHS) memberi pelatihan cara berpikir suprarasional kepada para tukang becak.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Tak dapat dimungkiri, perkembangan era digital saat ini memberikan dampak kepada pengemudi becak. Sulitnya mendapatkan penumpang pun kian dirasakan para pengemudi becak setiap harinya.

Fenomena tersebut bukan tanpa sebab, mengingat telah bermunculan transportasi online yang lebih menjanjikan kemudahan bagi para penggunanya. Di sisi lain, tingkat kualitas cara berpikir sebagian besar para pengemudi becak membuat kehidupannya semakin sulit karena mereka tak bisa menemukan cara untuk menyelesaikan masalah kehidupannya.  

Hal ini ternyata menjadi keprihatinan tersendiri bagi Ridwan Hasan Saputra (RHS) karena saat ini belum ada solusi yang tepat untuk meningkatkan taraf hidup para pengemudi becak. Ahad (28/) pagi lalu, menjadi momen yang tak biasa bagi para penarik becak yang acap kali mangkal di sekitar Taman Pagelaran, Ciomas, Bogor. Pelatihan cara berpikir suprarasional yang digagas Klinik Pendidikan MIPA (KPM) mencoba menawarkan solusi atas masalah yang dihadapi para pengemudi becak. 
 
RHS mengungkapkan bahwa pihaknya menggelar pelatihan ini bertujuan untuk membantu dan meningkatkan taraf hidup pengemudi becak menjadi lebih baik. Hal ini tak cukup dilakukan hanya dengan sekadar memberikan bantuan materi saja, tetapi perlu diimbangi dengan mengubah cara berpikir mereka agar bisa menjadi pribadi yang mandiri, solutif, dan mampu menata kehidupan dengan baik. 
photo
RHS memberi pelatihan cara berpikir suprarasional kepada para tukang becak.
Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA (KPM) ini lebih lanjut memaparkan, pertama, penarik becak mengakui jarang melakukan amal saleh, terlebih untuk aktivitas ibadah seperti salat lima waktu tidak konsisten dilakukan lima waktu dalam sehari. Kedua, faktor penentu tidak meningkatnya taraf hidup para tukang becak ini terlihat dari sisi produktivitas, kemauan untuk terus belajar sehingga tidak bisa beradaptasi dengan keadaan saat ini. Terlebih telah menjamurnya transportasi online yang semakin menyulitkan keadaan mereka. 
 
“Pascapelatihan, para tukang becak akan terus dibimbing secara intensif agar rajin beribadah dan bergiat dalam program suprarasional yang dibina langsung oleh tim Klinik Pendidikan MIPA,” ungkap RHS seperti dalam siaran persnya. 
 
Salah seorang penarik becak, Asri, mengaku bersyukur mendapatkan pelatihan dan motivasi dari RHS. Ia mengakui bahwa pelatihan suprarasional sangat membantu dirinya menyadari pentingnya meningkatkan kualitas ibadah dan mengubah cara berpikir.
 
“Terima kasih Pak Ridwan, InsyaAllah apa yang sudah disampaikan, menjadi bekal kami untuk menjadi lebih baik,” kata Asri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement