REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Asep Sapa'at, Litbang Klinik Pendidikan MIPA
Disadari atau tidak disadari, matematika merupakan salah satu pelajaran yang ditakuti oleh sebagian besar anak-anak kita. Padahal, matematika justru sangat bermanfaat untuk mengasah keterampilan berpikir mereka.
Persepsi matematika sebagai sesuatu yang menakutkan harus diubah. Tantangan bagi orangtua dan guru, bagaimana bisa memotivasi anak untuk belajar matematika?
Pada dasarnya, anak-anak sangat senang bermain. Bermain merupakan dunia anak-anak. Dari pemikiran tersebut, kita dapat mengupayakan pendekatan pembelajaran matematika melalui permainan. Dengan permainan, kita dapat memulai atau memotivasi anak belajar matematika sehingga mereka akan tergugah untuk mempelajari matematika lebih lanjut secara sungguh-sungguh. Pada akhirnya, kita berharap anak-anak akan memahami matematika secara utuh.
Pada umumnya, permainan disenangi oleh anak-anak. Namun demikian, kita perlu menganalisis kebutuhan menyajikan permainan dalam pembelajaran matematika. Di samping itu, kita pun harus memahami kelebihan dan kekurangan dari setiap permainan matematika yang akan dipraktikkan dalam situasi pembelajaran.
Permainan dan teka-teki sudah diakui secara luas sebagai salah satu cara menggugah siswa untuk melek matematika. Ernest (Turmudi, 1997) menjelaskan bahwa permainan mengajarkan matematika secara efektif karena empat hal. Pertama, menyediakan penguatan dan latihan keterampilan. Kedua, menyediakan motivasi. Ketiga, membantu akuisi dan pengembangan konsep matematika. Keempat, mengembangkan strategi pemecahan masalah.
Permainan matematika berpotensi untuk mengasah nalar dan kemampuan pemecahan masalah karena menawarkan penggunaan secara fleksibel dari bermacam-macam strategi penyelesaian masalah seperti menemukan pola (look for pattern), menyelesaikan masalah secara mundur (working backwards), menebak dan menerka (guess and check), mengubah cara pandang terhadap masalah (changing your point of view), menyusun daftar secara sistematis (make a systematic list), mempertimbangkan atau meniadakan suatu kemungkinan yang dapat terjadi (eliminate possibilities), dan menyelesaikan masalah secara mundur (working backwards).
Lazimnya sebuah permainan yang menyenangkan dan dikenal anak-anak, mereka pasti mengetahui ada aturan permainan yang harus ditaati dan mereka harus mengetahui strategi untuk bisa memenangkan permainan secara konsisten. Posamentier dan Stepelman (1990) mengemukakan kesamaan antara strategi permainan dan strategi pemecahan masalah seperti yang tersaji dalam tabel berikut:
Agar siswa bersikap positif terhadap matematika, maka perlu ada strategi yang menarik bagi siswa, memotivasi mereka belajar, memberikan rasa aman untuk belajar, dan menyenangkan bagi mereka. Permainan matematika bisa digunakan sebagai salah satu alternatif untuk melatih daya nalar anak lewat aktivitas yang disenangi anak. Selamat mencoba.