Selasa 23 Jul 2019 15:25 WIB

Arkeolog Selidiki Struktur Misterius di Bawah Tanah Rusia

Peneliti memanfaatkan sinar kosmik untuk membantu mereka melukis gambar struktur.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Para arkeolog sedang menyelidiki struktur misterius yang terkubur jauh di bawah tanah di Rusia.
Foto: MISIS National University of Science and Technology
Para arkeolog sedang menyelidiki struktur misterius yang terkubur jauh di bawah tanah di Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOWI — Para arkeolog sedang menyelidiki struktur misterius yang terkubur jauh di bawah tanah di Rusia. Dari penelitian yang dilakukan, struktur yang berbentuk silang ini diyakini merupakan salah satu gereja Kristen tertua di dunia.

Penemuan struktur ini tepatnya terjadi d wilayah barat benteng Naryn-Kala, sebuah benteng di Derbent yang berasal dari sekitar tahun 300 Masehi. Struktur berbentuk salib setinggi 36 kaki (11 meter) hampir sepenuhnya tersembunyi di bawah tanah, kecuali untuk sedikit kubah setengah hancur di atas.

Baca Juga

Meski demikian, karena itu adalah situs warisan budaya UNESCO, struktur ini dilindungi dan tidak dapat digali dan fungsinya sebagian besar masih diperdebatkan.

Dalam sebuah pernyataan dari MISIS National University of Science and Technology di Rusia, struktur itu mungkin pernah berfungsi sebagai reservoir, gereja Kristen, hingga kuil Zoroaster.

Selain itu, sekelompok peneliti memutuskan untuk memanfaatkan fenomena langit yang disebut sinar kosmik untuk membantu mereka melukis gambar struktur. Hal ini serupa dengan kelompok peneliti lainnya yang juga menemukan kekosongan yang mungkin di Piramida Agung Giza kembali pada 2017 dan menyebut metode tersebut sebagai muon radiografi.

Sinar kosmik adalah bentuk radiasi energi tinggi yang berasal dari sumber yang tidak diketahui di luar tata surya kita. Meski sebagian besar sinar menabrak atom di atmosfer bagian atas bumi dan tidak jatuh ke tanah, namun beberapa partikel yang disebut sebagai muon dikeluarkan dan menabrak permukaan bumi.

Muon melakukan perjalanan melalui materi di hampir kecepatan cahaya. Tetapi ketika melakukan perjalanan melalui benda-benda yang lebih padat, mereka kehilangan energi dan membusuk.

Jadi, dengan menghitung jumlah muon yang berjalan melalui berbagai bagian di bawah tanah, para peneliti dapat melukis gambar kepadatan suatu objek. Tetapi, menurut penelitian yang telah dilakukan, agar metode ini berhasil, struktur dan tanah di sekitarnya harus memiliki setidaknya lima persen perbedaan dalam kepadatan.

Para peneliti menempatkan detektor muon sekitar 33 kaki atau 10 meter di dalam struktur misterius di bawah tanah di Rusia itu dan melakukan pengukuran selama dua bulan. Dari sana, ditemukan bahwa struktur dan tanah di sekitarnya memiliki perbedaan kepadatan yang cukup sehingga mereka dapat menggunakan metode ini untuk mengetahui bentuk 3D struktur.

Para peneliti tidak berpikir struktur itu adalah seperti tangki air bawah tanah, meski banyak sumber sejarah yang mengatakan demikian. Sebaliknya, struktur ini mungkin telah digunakan untuk penyimpanan air pada abad ke-17 dan ke-18.

"Tampaknya sangat aneh bagi saya untuk menafsirkan bangunan ini sebagai tangki air," kata rekan penulis Natalia Polukhina, yang juga merupakan seorang ahli fisika di Universitas Nasional Sains dan Teknologi MISIS, dilansir Live Science, Selasa (23/7).

Di area yang sama, para ilmuwan telah mengidentifikasi struktur bawah tanah lain yang terbukti sebagai sebuah tangki dengan bentuk persegi panjang. Terlebih lagi, selama konstruksi, struktur tidak terkubur tetapi di permukaan dan didirikan pada titik tertinggi benteng.

Studi ini bukanlah tentang membuat penemuan baru, tetapi lebih untuk mengkonfirmasi bahwa metode akan mengungkapkan seperti apa struktur itu. Selanjutnya, para peneliti berharap untuk melakukan analisis yang lebih rinci untuk membuat gambar 3D penuh bangunan, yang pada akhirnya membantu mereka untuk memahami tujuannya.

“Tekhniknya sangat bagus, tetapi satu-satunya akses (ke struktur) hanya berasal dari celah kosong di bagian tengah, jadi mereka hanya dapat merekonstruksi dengan menggunakan data yang diambil dari sudut pandang yang terbatas,” jelas Christoper Morris dari Laboratoriun Nasional Los Alamos yang bukan bagian dari penelitian ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement