Senin 08 Jul 2019 11:04 WIB

Ilmuwan Buat Model Pembentukan Black Hole, Ini Hasilnya

Menurut teori, Black Hole terbesar bisa terbentuk dalam sekejap.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Blackhole. Ilustrasi
Foto: Foxnews
Blackhole. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKATRTA -- Ilmuwan menemukan hal baru terkait lubang hitam atau black hole. Sebuah studi yang diterbitkan The Astrophysical Journal Letters  pada 28 Juni lalu mengungkap hal baru.

Dengan menjalankan model komputer menunjukkan bahwa lubang hitam supermasif tertentu di alam semesta paling awal dapat terbentuk dengan hanya mengakumulasi sejumlah gas yang sangat besar menjadi satu awan yang terikat secara gravitasi. Para peneliti menemukan bahwa, dalam beberapa ratus juta tahun, gas yang cukup besar seperti itu dapat runtuh di bawah massanya sendiri dan menciptakan lubang hitam kecil.

Objek teoritis ini dikenal sebagai lubang hitam langsung runtuh (DCBH). Menurut seorang ahli black hole, Shantanu Basu yang juga menjadi penulis utama studi, serta seorang astrofisikawan di Western University di London, Ontario, salah satu fitur yang menentukan dari DCBH adalah bahwa harus terbentuk dengan sangat cepat dalam periode waktu yang sangat singkat pada awal alam semesta ada.

"Lubang hitam terbentuk selama hanya sekitar 150 juta tahun dan tumbuh pesat selama waktu ini,” kata Basu kepada Live Science, Senin (8/7).

Basu mengatakan lubang hitam yang terbentuk di awal periode waktu 150 juta tahun dapat meningkatkan massa dengan faktor 10 ribu. Kemudian pertanyaan mengenai awan gas menjadi lubang hitam dijawab mengacu pada sebuah studi 2017 yang menyatakan transformasi semacam itu membutuhkan dua galaksi dengan karakter yang sangat berbeda.

Satu diantaranya adalah pencapaian luar angkasa kosmik yang membentuk banyak bintang kecil dan yang lainnya tumpukan rendah gas tanpa bintang. Saat bintang-bintang baru terbentuk di galaksi, mengeluarkan aliran radiasi panas yang konstan dan menghantui galaksi lainnya. Hal itu mencegah gas di sana menyatu menjadi bintang-bintang sendiri.

Dalam beberapa ratus juta tahun, awan gas tanpa bintang dapat menghasilkan begitu banyak hal, sehingga hanya runtuh karena beratnya sendiri, membentuk lubang hitam tanpa pernah menghasilkan bintang. ‘Benih’ lubang hitam tersebut dapat terus mencapai status supermasif yang dengan cepat melahap materi dari nebula terdekat dan mungkin menciptakan quasar raksasa yang dapat dilihat manusia saat ini.

Menurut Basu, tindakan koreografi kosmik ini hanya mungkin dilakukan dalam waktu singkat, dalam 800 juta tahun pertama kehidupan alam semesta.  Dalam 1 miliar tahun setelah Big Bang, mungkin sudah ada begitu banyak radiasi latar di alam semesta sehingga lubang hitam supermasif akan berjuang untuk menemukan gas yang cukup untuk menyedot dan melanjutkan pertumbuhan eksponensial.

“Kami mengasumsikan tak ada produksi baru lubang hitam (supermasif) setelah periode 150 juta tahun ini dan menjelaskan mengapa ada penurunan tajam dalam jumlah lubang hitam di atas massa dan luminositas tertentu di alam semesta,” ujar Basu.

Sementara DCBH tetap teoretis untuk saat ini, beberapa astronom berpikir bahwa Teleskop Luar Angkasa Hubble mungkin benar-benar menangkap objek seperti itu. Menurut penulis studi dari tahun itu, bintang raksasa menghilang begitu saja di depan kamera Hubble, bahkan tanpa kilasan supernova.

Selama survei dilakuakn bertahun-tahun dan mencapai puncak pada 2017, enam bintang terdekat meledak dan menunjukkan bahwa sekitar satu dari tujuh (14 persen) bintang besar memenuhi ujungnya dan menghilang dalam kekosongan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement