REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat berkaitan dengan konteks alam dan lingkungan. Idealnya, pembelajaran IPA dirancang melalui aktivitas yang melibatkan para siswa untuk berpikir, mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, melakukan pengamatan, mengambil kesimpulan, menerapkan konsep, dan mengomunikasikan hasil pengamatan.
Harapannya, para siswa tak hanya menguasai pengetahuan IPA berupa fakta-fakta dan konsep-konsep saja, melainkan memahami konsep IPA secara mendalam lewat suatu proses penemuan. Pemahaman IPA dibangun melalui aktivitas pengamatan terhadap fenomena alam secara empiris, bukan sekadar transfer informasi dari guru kepada siswa.
Komponen penting dalam IPA setidaknya terdiri dari tiga hal, yaitu produk ilmiah,
proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Ketiga komponen tersebut saling berkelindan dan tak
dapat dipisahkan. Kecenderungan yang kerap terjadi dalam pembelajaran IPA adalah
pembelajaran hanya berfokus pada aspek produk ilmiah saja, sedangkan sikap Ilmiah
dan proses ilmiah kurang dieksplorasi secara optimal. Untuk menumbuhkembangkan
sikap ilmiah dan proses ilmiah yang baik pada diri siswa, perlu adanya metode
pembelajaran yang tepat guna, salah satunya adalah penerapan metode praktikum
dalam pembelajaran IPA.
Science In House Training (SIHT) merupakan program pembinaan bagi siswa-siswi SD dan SMP di bidang IPA dengan menggunakan pendekatan Sains Nalaria Realistik (SNR). Program SIHT diselenggarakan Read1 Institute di ruko Klinik Pendidikan MIPA Laladon pada tanggal 3-4 Juli 2019 (kelas 4-6 SD) dan tanggal 4-5 Juli 2019 (kelas 7-9 SMP).
Fokus utama dari kegiatan SIHT adalah melatih daya nalar anak. Salah satu kegiatan yang dikembangkan dalam progam SIHT adalah praktikum. Kegiatan praktikum dirancang untuk mengembangkan keterampilan proses sains yang erat kaitannya dengan keterampilan bernalar dan memecahkan masalah dalam konteks pembelajaran IPA.
Ardiansyah (2014) mengemukakan beberapa argumentasi tentang pentingnya
mengembangkan keterampilan proses sains dalam pendidikan dasar dan pendidikan
menengah, di antaranya: (1). Keterampilan proses sains memiliki manfaat dalam
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan; (2). Keterampilan proses sains
memberi bekal siswa untuk membentuk konsep sendiri dan cara bagaimana
mempelajari sesuatu; (3). Keterampilan proses sains membantu siswa
mengembangkan dirinya sendiri; (4). Keterampilan proses sains membantu siswa yang
masih berada pada taraf perkembangan berpikir konkret; (5). Keterampilan proses
sains mampu mengembangkan kreativitas siswa.
Febie Leony Tiffani, fasilitator kegiatan praktikum pada program SIHT menjelaskan bahwa aktivitas praktikum bertujuan untuk melatih cara berpikir dan bersikap anak-anak layaknya seorang ilmuwan. Anak-anak menurutnya diberikan ruang ekspresi dan ruang eksplorasi dalam melakukan eksperimen sains sehari-hari untuk menguji kedalaman pemahaman anak-anak tentang konsep-konsep IPA.
"Melalui tahapan-tahapan praktikum, anak-anak akan terasah penalarannya dalam memahami konsep IPA,” ujar Deputy Leader di ajang International Science Competition 2018 lalu di Malaysia itu.
Hal senada diungkapkan para peserta SIHT yang merasakan manfaat dari kegiatan praktikum IPA. Hanif, siswa dari SDI Al Azhar Summarecon Bekasi mengaku bahwa kegiatan praktikum membuat kegiatan pembelajaran IPA lebih seru karena dapat memahami fenomena-fenomena alam yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Alexandria Najwa Ashila (SDI Al Azhar Summarecon Bekasi) pun menyampaikan praktikum bisa membuatnya lebih mudah memahami konsep IPA karena adanya proses aktif membangun pengetahuan, bukan sekadar menghafal materi. Begitu pula yang dirasakan Halim, siswa SDI Al Azhar 32 Padang ini mengaku bahwa belajar dengan praktikum sangat membantunya mengingat dan memahami materi IPA.
“Saat melakukan praktikum, kita jadi tahu langkah-langkah dalam mengamati sesuatu dan mengapa sesuatu itu terjadi. Saya jadi ingat terus materi yang sudah dipelajari lewat praktikum,” tutur siswa yang bercita-cita menjadi dokter ini.
Pengembangan keterampilan proses sains dengan metode praktikum sangat ideal dilakukan untuk mendukung pembelajaran IPA yang efektif. Kunci keberhasilan kegiatan praktikum terletak pada keterlibatan aktif peserta untuk berpikir, mengamati, melakukan pengujian, dan mengomunikasikan hasil temuan dari eksperimen yang dilakukan. Semakin tinggi keterlibatan siswa dalam praktikum, semakin tinggi pencapaian pemahaman dan keterampilan proses sains (Kalsum, 2010).
Salut untuk penyelenggaraan program SIHT yang mencoba mendorong para siswa untuk belajar bak ilmuwan yang piawai melakukan praktikum dan berujung pada terasahnya keterampilan proses sains mereka. Semoga program sejenis ini terus konsisten dilakukan demi kualitas pembelajaran IPA yang lebih baik dari waktu ke waktu.