Sabtu 29 Jun 2019 12:27 WIB

Peneliti Temukan Fosil Burung Raksasa di Eropa

Burung raksasa ini memiliki berat sekitar 450 kg.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Wisata Ragunan: Pengunjung melihat burung unta di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta, Kamis (7/3).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Wisata Ragunan: Pengunjung melihat burung unta di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta, Kamis (7/3).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Para peneliti telah menemukan orang-orang Eropa zaman purba hidup bersama burung-burung yang tiga kali lebih besar dari burung unta. Beratnya sekitar 450 kg.

Spesimen yang baru ditemukan di Gua Taurida di pantai utara Laut Hitam, menunjukkan seekor burung sebesar burung raksasa. Burung gajah Madagaskar atau moa Selandia Baru. Burung itu mungkin merupakan sumber daging, tulang, bulu, dan kulit telur bagi manusia purba.

Baca Juga

Sebelumnya dianggap bahwa gigantisme pada burung hanya pernah ada di pulau-pulau Madagaskar dan Selandia Baru serta Australia.

"Ketika saya pertama kali merasakan berat burung dengan tulang paha yang saya pegang di tangan saya, saya pikir itu pasti fosil burung gajah Madagaskar karena tidak ada burung sebesar ini yang pernah dilaporkan dari Eropa. Namun, struktur tulangnya tiba-tiba menceritakan kisah yang berbeda," kata pemimpin penulis Nikita Zelenkov dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, dilansir di Asian Age, Sabtu (29/6).

Tim peneliti menegaskan bahwa mereka belum memiliki cukup data untuk mengatakan apakah fosil itu terkait paling dekat dengan burung unta atau burung lain. Namun menurut perkiraan mereka, burung itu memiliki berat sekitar 450 kg.

Berat yang luar biasa ini hampir dua kali lipat moa terbesar, tiga kali burung terbesar yang hidup, burung unta biasa, dan hampir sebesar beruang kutub dewasa. Temuan ini diterbitkan dalam Journal of Vertebrate Palaeontology.

Ini adalah pertama kalinya seekor burung sebesar itu dilaporkan dari mana saja di belahan bumi utara. Meskipun spesies itu sebelumnya diketahui, tidak ada yang pernah mencoba menghitung ukuran hewan ini.

Burung yang tak bisa terbang itu, dikaitkan dengan spesies Pachystruthio dmanisensis, mungkin setinggi setidaknya 3,5 meter dan akan menjulang di atas manusia purba. Sementara burung raksasa ini terkendala oleh ukuran besar mereka dalam hal kecepatan, tulang paha burung saat ini relatif panjang dan ramping, menunjukkan burung itu adalah pelari yang lebih baik.

Kecepatan mungkin sangat penting untuk kelangsungan hidup burung. Bersamaan dengan tulang-tulangnya, para paleontolog menemukan fosil karnivora besar yang sangat terspesialisasi dari Zaman Es. Mereka termasuk cheetah raksasa, hyena raksasa dan kucing bertaring tajam, yang mampu memangsa mammoth.

Fosil lain yang ditemukan di samping spesimen, seperti bison, membantu para peneliti memperkirakan rentang umurnya yakni sekitar 1,5 hingga 2 juta tahun yang lalu. Sejumlah fosil serupa ditemukan di situs arkeologi di kota Dmanisi di Georgia, situs hominin tertua di luar Afrika.

Meskipun sebelumnya diabaikan oleh ilmu pengetahuan, ini menunjukkan bahwa burung raksasa mungkin merupakan ciri khas hewan yang ditemukan pada saat hominin pertama tiba di Eropa. Para penulis menyarankan itu mencapai wilayah Laut Hitam melalui Kaukasus Selatan dan Turki.

Massa tubuh burung direkonstruksi menggunakan perhitungan dari beberapa formula, termasuk berdasarkan pengukuran dari tulang paha. Menerapkan formula ini, massa tubuh burung diperkirakan sekitar 450 kg.

Gigantisme seperti itu mungkin awalnya berevolusi sebagai respons terhadap lingkungan, yang semakin gersang ketika zaman Pleistosen mendekat. Hewan dengan massa tubuh yang lebih besar memiliki tuntutan metabolisme yang lebih rendah dan karenanya dapat memanfaatkan makanan yang kurang bergizi yang tumbuh di stepa terbuka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement