Sabtu 29 Jun 2019 12:10 WIB

NASA Kirim Dragonfly untuk Jelajahi Titan

Titan menjadi objek penelitian terbaru yang didanai NASA.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Wahana Dragonlfy yang akan menjelajah Titan, bulan terbesar di Saturnus.
Foto: nasa
Wahana Dragonlfy yang akan menjelajah Titan, bulan terbesar di Saturnus.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Badan Antariksa AS (NASA) memiliki misi baru. Dengan wahana Dragonfly, NASA akan mengeksplorasi Titan, satelit alami (bulan) milik planet Saturnus.

Dengan laut hitam berminyak, atmosfer keemasan kabur, dan pasir bermuatan listrik, Titan bulan Saturnus adalah salah satu objek paling menarik di tata surya.

Baca Juga

NASA menyetujui misi baru yang akan mengirim pesawat udara kecil ke atas permukaan alien Titan. Disebut Dragonfly, drone dual-quadrotor adalah gagasan dari Laboratorium Fisika Terapan Johns Hopkins (APL).

Misi yang diumumkan oleh NASA pada konferensi pers, Jumat (28/6), dipilih oleh Comet Astrobiology Exploration Sample Return (CAESAR), yang akan mengirim pesawat ruang angkasa untuk mengambil sampel permukaan dari komet 67P / Churyumov-Gerasimenko.

Kedua proyek berada dalam inisiatif New Frontiers NASA. Proyek penelitian ini dapat menghabiskan biaya mencapai 1 miliar dolar AS. Dilansir dari IFL Science, misi Dragonfly, telah dipertimbangkan selama bertahun-tahun. Dengan begitu banyak tempat yang ingin dikunjungi di Tata Surya, misi ini menghadapi persaingan ketat untuk pendanaan.

Delapan belas bulan lalu NASA mengumumkan bahwa pilihan untuk misi berikutnya telah dipersempit dari 12 menjadi dua yakni Dragonfly dan Comet 67P / Churyumov-Gerasimenko. Argumen untuk Titan kuat. Meskipun sangat dingin, rata-rata suhu -179º C, ini adalah analogi terdekat yang dimiliki untuk Bumi purba, termasuk laut dan danau di permukaannya.

Kombinasi atmosfer empat kali lebih padat dari Bumi dan gravitasi sepertujuh dari bumi membuat penerbangan menjadi sangat praktis. Alhasil, Dragonfly akan mampu mencakup lebih banyak wilayah di Titan daripada gabungan semua penemu Mars.

Dari beberapa satelit yang dimiliki Saturnus, pilihan jatuh kepada Titan. Sebelumnya, ada pula opsi untuk menjelajah bulan Saturnus yang lain yakni Europa dan Enceladus.

Setelah mempertimbangkan semua opsi, NASA mengumumkan mendukung Titan, dengan misi yang dimaksudkan untuk bertahan setidaknya 2,7 tahun setelah kedatangan. "Dengan misi Dragonfly, NASA akan sekali lagi melakukan apa yang tidak dapat dilakukan orang lain," kata Administrator NASA Jim Bridenstine dalam sebuah pernyataan.

"Mengunjungi dunia lautan yang misterius ini dapat merevolusi apa yang kita ketahui tentang kehidupan di alam semesta. Misi terdepan ini tidak akan terpikirkan bahkan beberapa tahun yang lalu, tetapi kami sekarang siap untuk penerbangan luar biasa Dragonfly," ucap Bridenstine.

Titan adalah tempat yang sangat beragam. NASA berencana mengirim Dragonfly terlebih dahulu ke bukit-bukit pasir Shangri-La dekat khatulistiwa.

Setelah menggunakan delapan rotor mirip drone untuk melompat-lompat mengambil sampel, Dragobfly akan mencapai kawah tubrukan Selk. Oleh wahana Cassini, wilayah ini pernah terdeteksi memiliki air cair dan molekul organik. Hal ini menjadikannya prospek terbaik bulan untuk menemukan sisa-sisa kehidupan.

Dragonfly akan mencari tahu tentang komposisi reservoir cairan bawah tanah Titan, serta danau permukaannya. Namun, gagasan untuk menggunakan kapal selam untuk berlayar melalui Kraken Mare, laut hidrokarbon terbesar Titan, harus menunggu satu atau dua dekade lagi, dan mungkin peningkatan anggaran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement