REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aplikasi layanan olah pesan Whatsapp mengatakan telah menambal kekurangan yang membuat spyware dapat terinstal melalui panggilan tak terjawab. Layanan milik Facebook itu mengatakan serangan spyware tersebut hanya mengincar pengguna yang dipilih oleh pelaku penyebaran.
Juru bicara Whatsapp mengatakan tidak diketahui berapa jumlah pengguna yang terkena serangan spyware tersebut. Tapi, jumlahnya diperkirakan mencapai puluhan.
Beberapa media seperti Financial Times dan TechCrunch mengidentifikasi spyware ini produk dari NSO Group, perusahaan keamanan siber asal Israel yang terkenal dapat merentas telepon pintar lalu mengaktifkan microphones dan kameranya, mengumpulkan informasi lokasi, mengirimkan email, dan SMS.
Whatsapp sendiri tidak mengkonfirmasi keterlibatan NSO Group dalam hal tersebut. Mereka juga 'tidak membantah' laporan media tersebut.
"Serangan ini mengandung semua ciri khas perusahaan yang dikenal bekerja dengan pemerintah untuk mengirimkan spyware yang dilaporkan dapat mengambilalih fungsi sistem operasi telepon genggam," kata Whatsapp, seperti dilansir di Deutsche Welle, Selasa (14/5).
WhatsApp memiliki 1,5 miliar pengguna dan mentranskrip percakapan untuk melindungi privasi penggunanya. Pada Senin lalu, mereka mengatakan pada awal bulan Mei lalu mereka menemukan malware.
"Cacat itu terdeteksi ketika tim kami sedang menambahkan beberapa peningkatan keamanan dalam fitur panggilan telpon," kata juru bicara Whatsapp.
Juru bicara Whatsapp mengatakan para teknisi mengatakan pengguna yang diincar mungkin mendapat satu atau dua panggilan telpon dari nomor yang tak dikenal. Dalam proses pemanggilan itu, kode virus disusupkan.
Perentasan tersebut menyerang semua sistem operasi yang biasanya digunakan telepon pintar seperti iOS, Android, Microsofts Windows Phone dan Samsungs Tizen. Whatsapp menyatakan mereka sudah memberikan informasi yang dibutuhkan kepada pemerintah Amerika Serikat untuk membantu penyelidikan.