Rabu 01 May 2019 09:15 WIB

Peneliti Temukan Fitur Es di Bulan Terbesar Saturnus

Es di bulan terbesar Saturnus bukan terbentuk dari air melainkan metana

Rep: Farah Noersativa/ Red: Christiyaningsih
Luar Angkasa
Foto: ap
Luar Angkasa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti menemukan permukaan bahan organik yang terkikis, hujan, dan laut seperti di bumi pada bulan terbesar Saturnus, Titan. Tetapi bahan yang mengisi danau di permukaan Titan bukanlah air melainkan metana.

Ketika mencoba menemukan sumber metana di Titan, para peneliti dari Universitas Arizona Caitlin Griffith dan timnya menemukan sesuatu yang tidak diketahui. Itu adalah fitur es panjang yang membungkus hampir setengah jalan di sekitar Titan.

Baca Juga

Dilansir Bright Surf pada Selasa (29/4), seorang profesor di UA Lunar and Planetary Laboratory, Griffith melaporkannya pada sebuah makalah. Dia merupakan penulis utama pada makalah yang diterbitkan di jurnal Nature Astronomy.

Di Titan, molekul-molekul metana atmosfer secara terus-menerus dipecah oleh sinar matahari.  Kabut atmosfer yang dihasilkan mengendap di permukaan dan terakumulasi sebagai sedimen organik, dengan cepat menipiskan metana atmosfer. Lapisan organik ini terbuat dari bahan atmosfer masa lalu.

Dia menyebut tidak ada sumber metana yang jelas, kecuali dari penguapan metana dari danau kutub. Tapi danau Titan hanya mengandung sepertiga dari metana di atmosfer Titan dan akan segera habis oleh skala waktu geologis.

Satu teori menyebut metana dapat dipasok oleh reservoir bawah permukaan yang melampiaskan metana ke atmosfer. Studi sebelumnya tentang Titan menunjukkan adanya wilayah tunggal yang disebut Sotra, yang terlihat seperti gunung berapi cryo, dengan fitur aliran es.

Tim Griffith berangkat untuk mempelajari komposisi permukaan Titan. Sebagian dari mereka berharap menemukan kandidat cryo-volcanos kecil yang halus. Mereka menganalisis setengah dari permukaan Titan dan tidak ada yang terdeteksi. Akan tetapi Sotra ditemukan luar biasa karena menunjukkan fitur es terkuat.

Namun fitur es utama yang ditemukan para peneliti sama sekali tidak terduga. Fitur es ini terdiri dari koridor es linier yang membungkus sekitar 40 persen dari keliling Titan.

“Koridor es ini membingungkan, karena tidak berkorelasi dengan fitur permukaan atau pengukuran permukaan bawah tanah. Mengingat penelitian kami dan pekerjaan sebelumnya menunjukkan bahwa Titan saat ini tidak aktif secara vulkanik, jejak koridor kemungkinan merupakan sisa masa lalu,” kata Griffith.

Tim Griffith mendeteksi fitur es ini pada lereng curam, tetapi tidak pada semua lereng. Hal ini menunjukkan koridor es saat ini sedang mengikis yang berpotensi mengungkap keberadaan es dan strata organik.

Analisis tim juga menunjukkan keragaman bahan organik di wilayah tertentu.  Endapan permukaan ini menarik karena simulasi laboratorium atmosfer Titan menghasilkan senyawa biologis yang menarik seperti asam amino.

Griffith menganalisis puluhan ribu gambar spektral yang diambil dari lapisan paling atas permukaan oleh alat yang disebut //Cassini's Visible and Infrared Mapping Spectrometer//. Mereka menggunakan metode yang memungkinkan deteksi fitur permukaan yang lemah.

Tim Griffith membandingkan hasil mereka dengan studi sebelumnya termasuk penyelidikan Huygens. Penyelidikan itu mendaratkan alat di Titan pada 2005 silam. Perbandingan memvalidasi teknik dan hasilnya.  Rencana sedang dilakukan untuk menggunakan teknik untuk mengeksplorasi kutub di mana lautan metana berada.

"Baik Titan dan Bumi mengikuti jalur evolusi yang berbeda dan keduanya berakhir dengan atmosfer dan permukaan kaya-organik yang unik. Tetapi tidak jelas apakah Titan dan Bumi adalah cetak biru yang umum dari satu atau dua tubuh yang kaya organik di antara banyak dunia yang mungkin kaya organik,” kata Griffth.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement