Senin 29 Apr 2019 12:49 WIB

KMNR Ke-14 dan Kemajuan Pendidikan Matematika di Indonesia

Kegiatan KMNR merupakan suatu terobosan untuk memajukan pendidikan di Indonesia.

Klinik Pendidikan MIPA menyelenggarakan KMNR ke-14.
Foto: Klinik Pendidikan MIPA
Klinik Pendidikan MIPA menyelenggarakan KMNR ke-14.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ribuan siswa memadati Ecovention Hall-Ancol, Ahad (28/4), pada acara final Kompetisi Matematika Nalaria Realistik (KMNR) ke-14. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, H Ratiyono, mengatakan kegiatan KMNR merupakan suatu terobosan untuk memajukan pendidikan di Indonesia.

Ratiyono sangat mengapresiasi kiprah Klinik Pendidikan MIPA (KPM) yang mampu membuat anak-anak bisa berkreativitas dalam belajar matematika. Penyajian pelajaran yang baik dan menyenangkan akan memicu anak semakin giat belajar.

Baca Juga

"Jika anak-anak senang belajar matematika, logika berpikirnya akan bagus," ujar Kadisdik Provinsi DKI Jakarta selepas membuka secara resmi final KMNR ke-14 se-Indonesia.

KMNR ke-14 merupakan salah satu lomba terbesar yang diikuti ratusan ribu siswa dari seluruh Indonesia. Ketua Pelaksana KMNR ke-14 M Fachri mengatakan, daya tarik dari kompetisi ini adalah penyajian soal-soal yang unik dan menantang daya nalar atau keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill), sehingga menjadikan KMNR sangat diminati oleh para siswa pecinta matematika.

Selain itu, para peraih penghargaan berkesempatan mengikuti kegiatan kompetisi internasional. Dengan bayaran seikhlasnya, siapa pun bisa mengikuti kompetisi ini.

Sebanyak 3.185 finalis yang terdiri dari siswa-siswi kelas 1 SD sampai kelas 12 SMA berhasil menyisihkan 27.026 siswa di babak semifinal. Pada babak penyisihan KMNR ke-14 sendiri diikuti 88.766 siswa dari 18 provinsi. Pada waktu yang bersamaan, KPM pun menyelenggarakan final Olimpiade Guru Matematika (OGM) ke-4 yang diikuti 328 guru.

Maulana Satya Adigama, peraih medali emas dan penghargaan Best of The Best di final KMNR ke-14 mengungkapkan perasaan senang atas prestasi yang diraihnya. Menariknya, Satya sudah mengikuti KMNR dari kelas 3 SD (KMNR 9), sampai akhirnya meraih prestasi terbaik saat sekarang menjadi siswa kelas 7 SMP. Menurutnya, belajar sungguh-sungguh adalah hal utama untuk meraih kesuksesan.

“Yang paling penting, motivasi terbesar untuk belajar dan berprestasi harus datang dari diri sendiri,” tutur siswa SMPN 7 Yogyakarta ini.    

photo
Klinik Pendidikan MIPA menyelenggarakan KMNR ke-14.

Juara OGM tingkat Sekolah Dasar, Fera Setyawan mengungkapkan perasaan bahagianya karena bisa meraih prestasi terbaik di ajang OGM ke-4. Menurutnya, soal-soal OGM membutuhkan penalaran dan ketelitian tingkat tinggi. Kemenangan ini memberikan pesan kepada para muridnya untuk lebih semangat belajar dan yakin bisa berprestasi di bidang matematika.

“Persaingan di bidang olimpiade matematika di Indonesia sangat ketat. Semoga teman-teman dari daerah pelosok yakin bisa ikut dan berprestasi pada ajang kompetisi seperti OGM,” ujar guru Nasional KPS, Balikpapan ini.

Senyum Maulana Satya Adigama dan Fera Setyawan adalah kebahagiaan bagi KPM. Selama 18 tahun berkiprah, KPM konsisten mengembangkan bahan ajar Matematika Nalaria Realistik (MNR) yang mengasah nalar anak-anak Indonesia, memberikan pelatihan MNR bagi guru-guru Indonesia, memberikan konsultasi dan bimbingan penerapan MNR bagi sekolah-sekolah mitra KPM, membina anak-anak Indonesia berprestasi di event olimpiade matematika nasional dan internasional.

KPM juga menjadi penyelenggara lomba matematika internasional, masif menyebarkan gagasan MNR. Serta membangun jaringan kerja dengan berbagai institusi yang sevisi untuk meningkatkan kualitas pendidikan matematika di Indonesia.

Semua kiprah dan gerak langkah KPM ditujukan untuk melahirkan generasi masa depan Indonesia yang cerdas bernalar, berakhlak mulia, dan menjadi orang-orang besar dengan karya besar untuk kebermanfaatan banyak orang. Hal ini sejalan dengan pesan khusus Presiden Direktur KPM, Ridwan Hasan Saputra untuk para finalis KMNR ke-14 dan finalis OGM ke-4.

“Berkaryalah yang besar dengan menggunakan akal dan hati. Ide karya yang tidak masuk di akal tapi masuk di hati, Insya Allah akan terwujud dan menjadi karya besar. Apalagi jika dikerjakan dengan berjamaah. Cita-cita generasi muda saat ini seharusnya bukan untuk menjadi sesuatu, tetapi untuk menyelesaikan suatu masalah. Jika kita berhasil menyelesaikan masalah, kita akan jadi sesuatu. Semakin besar masalah yang diselesaikan, kita akan jadi orang besar di masa depan,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement