REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Tantangan bagi dunia pendidikan di era persaingan global semakin berat. Peserta didik harus dibekali dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill), daya kreativitas, kemampuan berkolaborasi dan berinovasi.
Untuk menyiapkan peserta didik yang siap hidup di zaman global, peserta didik harus mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna sekaligus mampu mengembangkan potensi mereka. Hal itu hanya akan terwujud jika guru memiliki kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik yang mumpuni. Dengan dasar pemikiran tersebut, Yayasan Pendidikan Avicenna Prestasi (YPAP) menggelar pelatihan Pembelajaran Sains Nalaria Realistik (SNR) bagi guru-guru sains SD sampai SMA (Senin-Kamis, 22-25 April 2019) di aula SMA Avicenna Cinere, Depok.
Salah satu guru yang ikut pelatihan adalah Sri Suryani. Meski sudah 30 tahun mengajar, Sri Suryani mengakui bahwa dirinya mendapatkan banyak ilmu dari pelatihan SNR. Beliau melihat pembelajaran SNR dapat membuat anak-anak lebih senang belajar sains.
“Pembelajaran dimulai dari peta konsep, kemudian memberikan kisah nyata terkait konsep yang disajikan, lalu anak-anak diajak bernalar dan berkomunikasi untuk memahami konsep yang dipelajari,” ujar pengajar di kelas 2 SD ini.
Guru-guru Yayasan Pendidikan Avicenna Prestasi (YPAP) menggelar pelatihan Pembelajaran Sains Nalaria Realistik (SNR).
Bariyah, guru yang mengajar di kelas 2 SD ini pun merasakan kebahagiaan yang sama dengan Sri Suryani. Dari pelatihan SNR, banyak ilmu baru yang didapatkan dan dapat dikembangkan saat mengajar di kelas.
Pemahaman tentang konsep sains jadi lebih mendalam. Terlebih lagi, narasumber pelatihan dari Klinik Pendidikan MIPA (KPM) merupakan para pelatih yang memiliki rekam jejak sebagai pembina para siswa yang berprestasi di event olimpiade sains nasional dan internasional.
“Para pelatih dari KPM sangat bagus dari segi penguasaan keilmuan dan mereka mampu memotivasi kami untuk lebih baik dalam mengajar sains,” katanya.
Sains Nalaria Realistik menyajikan suatu pendekatan pembelajaran yang bisa memfasilitasi kecakapan berpikir tingkat tinggi siswa (Higher Order Thinking Skill/HOTS). Pada sesi pelatihan SNR, para guru dibekali keterampilan merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran sains berbasis HOTS.
Salah satu bagian menarik dalam pelatihan SNR adalah aktivitas praktikum dengan suplemen materi tentang literasi sains dan STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics). Tim pelatih KPM merancang pelatihan SNR yang bersifat aplikatif. Selain memperkuat pemahaman konsep sains para guru, para guru pun langsung melakukan praktikum STEM yang relevan dengan tantangan pendidikan 4.0.
"Setelah pelatihan SNR ini selesai, para guru diharapkan mampu menerapkan cara berpikir nalaria realistik dalam bidang sains (Biologi, Kimia, Fisika). Bahkan, para guru diharapkan pula mampu mengajari para siswa memecahkan soal-soal HOTS dan mampu mengantarkan para siswanya mengikuti kompetisi sains di level nasional dan internasional,” ujar Ina Ana Khoeriah, Kepala Bagian Litbang IPA di KPM seperti dalam siaran persnya.
Beliau pun menerangkan bahwa pelatihan SNR berfokus mengubah paradigma para guru tentang sulitnya menerapkan cara berpikir tingkat tinggi atau HOTS dalam pembelajaran sains. Jika guru konsisten menerapkan SNR, kesulitan dalam merancang dan menyelesaikan soal-soal HOTS dapat teratasi.
"Jika hal itu terjadi, keluhan siswa tentang sulitnya mengerjakan soal HOTS bisa diatasi pula,” ujar tutor sains di event International Mathematics and Science Olympiad (2016 – 2018) dan Team Leader di ajang International Science Competition 2018 ini.