REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Asep Sapa'at (Litbang Klinik Pendidikan MIPA)
“Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”
Kata-kata Bung Karno ini begitu jelas dan kuat pesannya. Pemuda menjadi elemen prasyarat kebangkitan dan kemajuan suatu bangsa. Bagaimana bangsa ini harus membangun jati diri kaum mudanya agar mendorong peningkatan kapasitas daya saing bangsa di masa depan?
Lebih dari sekadar kriteria usia, kaum muda merefleksikan sikap-kejiwaan. Berhasil atau gagal mendidik sikap-kejiwaan kaum muda bisa menentukan arah perjalanan suatu bangsa. Berhasil mendidik kaum muda adalah anugerah bagi bangsa. Sebaliknya, gagal mendidik kaum muda bisa berpotensi menjadi musibah bagi bangsa ini.
Klinik Pendidikan MIPA (KPM), lembaga nirlaba pendidikan yang berdiri pada tahun 2001 dan mulai menerapkan Sistem Metode Seikhlasnya (SMS) mulai tahun 2003 menaruh perhatian besar terhadap pendidikan anak-anak bangsa. Dengan pendekatan Matematika Nalaria Realistik (MNR) dan SMS, KPM berfokus mengasah kecakapan bernalar dan mendidik karakter anak-anak Indonesia secara terintegrasi.
Dengan visi pendidikan seikhlasnya, KPM memosisikan diri sebagai institusi pendidikan non-formal yang tidak hanya fokus mendidik anak sebagai individu, namun mendidik keluarga. Orang tua dan siswa yang memahami makna seikhlasnya sebagai ikhtiar dan perjuangan terbaik yang mereka kerahkan sesuai kemampuan saat belajar di KPM relatif berhasil menjalani dan menata kehidupan mereka di masa depan.
Dengan sistem pembayaran seikhlasnya, semua elemen masyarakat dapat mengakses layanan pendidikan dari KPM tanpa kendala biaya. Di sisi lain, orang tua yang memiliki keleluasaan rezeki memiliki kesadaran kolektif untuk memberikan kontribusi terbaik agar KPM tetap bisa berkiprah dan menebar manfaat bagi anak-anak bangsa. Ketulusan dan keikhlasan menjadi nilai kehidupan yang dilesakkan pada pikiran dan perasaan orang tua dan siswa KPM.
KPM mengembangkan konsep Matematika tanpa Angka. Logika berpikir yang dibangun: orang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi akan lebih sukses daripada orang yang hanya mempunyai kecerdasan intelektual yang tinggi. Karena adab dan akhlak yang baik merupakan perwujudan kecerdasan spiritual yang tinggi, orang tua yang sedari dini mengajarkan dan mendidik adab dan akhlak sesungguhnya sudah menerapkan konsep Matematika tanpa Angka.
Sebab, saat mengajarkan adab dan akhlak, ada aturan-aturan yang harus dipatuhi dan ada penalaran yang digunakan untuk memahami aturan-aturan tersebut sebelum dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika penalaran anak terasah, maka anak tersebut akan mudah memahami pelajaran matematika (Matematika dengan Angka) dan pelajaran lainnya di sekolah dengan menggunakan daya nalar mereka.
Belajar tentang ilmu pengetahuan itu penting, namun belajar adab dan akhlak sebelum mempelajari ilmu pengetahuan itu jauh lebih penting. Adab dan akhlak adalah leluhur ilmu pengetahuan. Saat mempelajari ilmu pengetahuan, penanaman adab dan akhlak pun dilakukan secara bersamaan. Di KPM, selain mempelajari ilmu pengetahuan, anak-anak didorong untuk melakukan pengamalan ibadah sesuai agama dan kepercayaannya.
Bagi anak yang beragama Islam, dianjurkan untuk melaksanakan amalan sunnah seperti puasa senin dan kamis, bersedekah, shalat tahajud, shalat dhuha, membaca Alquran, menjaga wudhu, dan amalan sunnah lainnya. Perlahan namun pasti, anak-anak yang bersungguh-sungguh belajar dan mengamalkan ibadah meraih banyak prestasi di bidang matematika, sains, bahasa Inggris, pencak silat, dan berbagai bidang lainnya yang diajarkan di KPM.
Strategi lain yang dikembangkan KPM untuk merawat potensi anak muda adalah membekali jiwa kepemimpinan mereka lewat program alumni KPM mengajar. Gagasan program ini memiliki visi agar kaum muda bisa menemukan jati diri melalui aktivitas pelayanan publik yang dilakukannya untuk kemaslahatan bersama (pro-bono publico). Dalam bahasa Mahatma Gandhi, “The best way to find yourself is to lose yourself in the service of others.”
Kakak-kakak kelas yang sudah menjadi alumni kembali ke KPM untuk berinteraksi dan berbagi ilmu dengan adik-adik kelasnya. Tak sekadar berbagi ilmu, kakak-kakak kelasnya yang mempunyai prestasi gemilang mentransmisikan nilai-nilai kehidupan dan etos kejuangan yang pernah didapatkan di KPM pada adik-adik kelasnya. Cara terbaik yang dilakukan KPM agar nilai-nilai kehidupan terwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Para siswa dan para alumni KPM sudah berkiprah dan mengharumkan nama bangsa di event kompetisi matematika dan sains internasional. Bahkan, para alumni KPM sekarang sedang menimba ilmu di perguruan tinggi terbaik di dalam negeri maupun di luar negeri. Semua ini bisa terjadi karena visi dan filosofi KPM yang teguh mengedepankan penguasaan ilmu pengetahuan di atas fondasi pemuliaan adab dan akhlak.
Apa yang melekat di pikiran dan hati alumni KPM di hari ini merupakan cerminan apa yang mereka selami dan maknai saat belajar di KPM di masa silam. Nicholas Steven Husada, belajar di KPM sejak kelas 5 SD. Peraih emas di Wizard at Mathematics International Competition di India (2007 dan 2009), peraih emas di Junior Balkan Mathematics Olympiad di Turki (2003).
Simak apa yang dikatakannya. “Kalau Tuhan tidak menghendaki, sekeras apapun saya belajar, saya tidak bakal bisa menjadi juara.” Cermati pula apa yang dirasakan Fransisca Susan, alumni KPM yang tercatat menjadi mahasiswa jurusan Math with Computer Science, Massachusets Institute of Technology, Amerika Serikat mengenang masa lalunya belajar di KPM.
“Guru KPM bukan cuma mengajar mentahnya matematika. Namun mengajak siswa untuk berpikir dan mengeksplorasi. Materinya dalam dan seru. I learned about the value of life, the value of diversity, the power of a strong desire that can make a big difference.”
Prestasi alumni KPM adalah kebanggaan dan anugerah bagi Republik ini. Mereka adalah aset bangsa yang harus terus dirawat agar pikiran dan hatinya selalu untuk Indonesia. Di akhir tulisan, izinkan penulis menyampaikan pesan terbuka dari Presiden Direktur KPM, Ridwan Hasan Saputra untuk para alumni KPM dimanapun berada.
“Kebersamaan di waktu kecil selama belajar matematika di KPM, penanaman adab dan akhlak, serta pemahaman Sistem Metode Seikhlasnya akan melahirkan semangat berprestasi dan keikhlasan yang menjadi modal kuat bagi para alumni KPM untuk menjalin kerja sama di masa depan. Bagi para alumni KPM, sedapat mungkin teruslah bisa mengenyam pendidikan di luar negeri dan mengenyam pendidikan formal dalam bidang agama agar bisa menjadi generasi yang mengubah Indonesia menjadi lebih baik di masa depan.”