Senin 08 Apr 2019 09:39 WIB

Pemanasan Global Picu Migrasi Nyamuk ke Eropa

Nyamuk bisa menimbulkan berbagai macam penyakit.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Dwi Murdaningsih
Nyamuk
Foto: AP/LM Otero
Nyamuk

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Studi terbaru dari Universitas Florida menyebut, dalam beberapa tahun ke depan, jutaan masyarakat Eropa dihadapkan pada masalah bertambahnya jumlah populasi nyamuk. Kondisi itu bisa memicu penyebaran dan penularan penyakit yang bersumber dari gigitan nyamuk. Adapun wabah nyamuk ini diperkirakan karena mengingat laju pemanasan global yang terus berlangsung.

Dua nyamuk yang paling berbahaya di dunia, yakni Aedes aegypty dan Aedes albopictus. Kedua spesies nyamuk itu diketahui dapat berkembang biak dengan subur di iklim yang hangat. Adapun virus yang dapat ditularkan yakni seperti demam berdarah, demam kuning, dan virus zika yang bisa menyebar dalam suhu 26-29 derajat celcius.

Baca Juga

Profesor Geografi Medis dari Universitas Florida, Sadie J Ryan, mengatakan, pada kondisi sekarang, nyamuk telah mengancam lebih dari satu miliar penduduk bumi. Namun, menurut para ilmuwan, adanya pemanasan global membuat nyamuk akan bermigrasi ke arah kutub dan memperluas penyakit yang dibawa.

“Kami ingin menunjukkan bagaimana proyeksi perubahan iklim di masa depan akan berdampak pada risiko penyebaran penyakit yang ditularkan melalui nyamuk,” kata Sadie seperti dilansir dari Al Jazeera, Jumat (5/4).

Lewat penelitian itu, setidaknya dapat diketahui kemana nyamuk akan bermigrasi dan apa saja dampak yang kemungkinan bisa ditimbulkan. "Dalam beberapa dekade mendatang, hampir setengah miliar lebih banyak orang akan terekspos," kata Ryan.

Para peneliti yang tergabung juga menyatakan, ancaman terhadap kesehatan manusia kemungkinan bukan hanya datang dari penyakir yang sering ditemui. Namun, bisa jadi merupakan penyakit yang belum begitu dikenal di dunia medis.

Sadie melanjutkan, meskipun Eropa diyakini akan menjadi tujuan migrasi nyamuk, tetapi efek nyata dari gerakan nyamuk hanya menjadi jelas ketika populasi manusia juga telah ditetapkan. Oleh sebab itu, penelitian kali ini masih akan terus disempurnakan.

“Ini berarti kita masih dapat memulai berpikir tentang bagaimana mengalokasikan sumber daya yang sebelumnya kita dikejutkan oleh wabah berikutnya,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement