Jumat 08 Mar 2019 10:42 WIB

Saatnya Guru Berpikir Suprarasional

Cara berpikir suprarasional mengingatkan guru mengajar tak hanya mengejar materi.

Suprarasional. Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA Ridwan Hasan Saputra menjadi pembicara dalam Seminar Cara Berpikir Suprarasional di Sidoarjo.
Foto: Klinik Pendidikan MIPA
Suprarasional. Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA Ridwan Hasan Saputra menjadi pembicara dalam Seminar Cara Berpikir Suprarasional di Sidoarjo.

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Sebanyak 65 guru dan kepala sekolah SD atau MI Muhammadiyah sangat antusias mengikuti pelatihan "Berpikir Suprarasional dan metode pembelajaran Matematika Nalaria Realistik (MNR). Para guru diajak berpikir suprarasional selama dua hari di Auditorium Mas Mansyur SD Muhammadiyah 1 Puccanganom Sidoarjo.

Ketua MKKS SD/MI Muhammadiyah Sidoarjo Achmad Irjik mengutip Surah Ar Rahman untuk mengingatkan dan memotivasi guru. Menurutnya guru harus mengajar dan mendidik dengan ikhlas karena Allah SWT.

Baca Juga

"Selebihnya, setiap kebaikan dalam mengajar dan mendidik akan dibalas Allah SWT dengan kebaikan yang lebih banyak sesuai janji Allah SWT," kata Achmad seperti dalam siaran persnya.

Senada dengan itu, Presiden Direktur Klinik Pendidikan MIPA Ridwan Hasan Saputra (RHS), mengingatkan guru bahwa dalam mengajar jangan hanya mengejar materi saja. Sebab sejatinya, manusia hidup membutuhkan kebutuhan fisik dan kebutuhan metafisik.

Kebutuhan fisik menurutnya, bisa dilihat secara kasat mata dan bisa dipenuhi dengan tabungan materi seperti sandang, pangan, papan. Sedangkan kebutuhan metafisik seperti wibawa, anak saleh, pasangan hidup yang saleh atau salehah tidak bisa dipenuhi dengan bayaran fisik atau materi. Namun, hanya bisa dibayar dengan tabungan jiwa.

Tabungan jiwa tersebut meliputi fisik, akal, dan hati. Tabungan itu bisa dicairkan atau ditukarkan dengan kebutuhan fisik saat dibutuhkan.

Maka, menurut RHS, jika seorang guru ingin mendapatkan kemuliaan dimata Allah SWT, sudah saatnya mengajar tidak lagi berpikir mengejar materi saja. Namun, justru sebaiknya mulai merancang ulang dirinya untuk berpikir suprarasional dengan melatih fisik, akal, dan jiwanya.

"Latihan fisik, guru hendaknya rajin berolah raga agar tidak sakit-sakitan. Latihan akal, guru harus terus belajar. Jangan malas belajar agar tidak memalukan ketika tidak bisa menjawab pertanyaan siswanya karena kurangnya belajar. Kuliah lagi jika ada kesempatan," ujarnya.

Terus mendekatkan diri kepada Allah SWT untuk membangun jiwa dan kedekatan diri pada pemilik alam semesta dengan memperbanyak amalan sunnah diluar ibadah wajib. Dengan demikian, tabungan jiwa akan semakin banyak. Suatu saat ketika dibutuhkan bisa ditukarkan dengan kebutuhan fisik seorang guru.

“Alhamdulillah, ilmu matematika hanya efek samping, yang utama adalah ilmu suprarasional yang mengantarkan kita menuju sukses dunia akhirat,” ujar Anna Mey Jayanti, salah satu guru SD Muhammadiyah 10 Balong Bendo.

Begitu pula komentar Zaenal, seorang mahasiswa yang kini juga menjadi pengajar Sekolah Center Klinik Pendidikan MIPA (KPM) Sidoarjo. Ia mengatakan, secara pribadi sangat berterima kasih. Adanya pelatihan ini telah memberi pengalaman baru baginya.

"Pengalaman tersebut memacu saya agar lebih kreatif lagi menjadi seorang guru. Besar harapan saya agar pelatihan-pelatihan tersebut menjadi agenda rutin,” ujarnya.

Begitu banyak motivasi dan inspirasi yang didapatkan peserta pelatihan selama dua hari. Rasanya ilmu yang sudah dimiliki terasa masih kurang dan ingin terus belajar dan berharap akan ada pelatihan seperti ini di bulan-bulan berikutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement