Senin 04 Mar 2019 13:41 WIB

BPPT Siapkan 17 Ton Garam untuk Hujan Buatan di Riau

Hujan buatan merupakan upaya pemerintah mencegah karhutla

Hujan Buatan
Foto: BPPT
Hujan Buatan

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi menyiapkan sekitar 17 ton garam untuk melaksanakan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). BPPT mengantisipasi penanganan Siaga Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Riau. Kepala BPPT, Hammam Riza mengatakan pemanfaatan TMC atau dikenal dengan hujan buatan merupakan salah satu upaya dari pemerintah untuk mencegah timbulnya jerebu atau asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

"Kami siapkan 17 ton garam," katanya, Senin (4/3).

BPPT berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta dukungan TNI AU untuk mengoptimalkan pemanfaatan teknologi hujan buatan untuk memadamkan titik api di wilayah Riau. Operasi TMC menggunakan satu pesawat Cassa 212 TNI AU. Pesawat ini bisa menampung garam hingga 800 kilogram sekali terbang. Operasi TMC ini membantu Satgas darat dan udara, yang hingga kini berjibaku melakukan pemadaman Karhutla.

Tahap awal operasi TMC berlangsung selama bulan Februari sampai Maret. Sejak Februari sudah sekitar lima ton garam yang digunakan untuk menyemai awan di Bengkalis dan Dumai. Untuk tahap selanjutnya akan fokus di Pelalawan dan Meranti.

"BPPT berkoordinasi dengan BNPB dan didukung TNI AU, sejak akhir Februari kemarin terus melakukan penerbangan untuk menyemai awan guna membuat hujan buatan di atas langit Riau," ungkapnya.

Ia mengatakan, pantauan satelit Terra/Aqua dan SNPP sejak 1 Januari hingga 27 Februari 2019 menunjukan total titik panas dengan tingkat kepercayaan di atas 80 persen di Riau jumlahnya mencapai sebanyak 293 titik.

"Dengan memperhatikan kondisi hotspot tersebut, pemanfaatan TMC ini adalah salah satu langkah paling efektif dalam rangka siaga darurat kebakaran hutan dan lahan," ujarnya.

Gubernur Riau Syamsuar berharap ada langkah sinergi bersama untuk menyelesaikan persoalan karhutla Riau. Menurut dia, kebakaran sulit ditanggulangi karena kebakaran terjadi di lahan gambut yang digunakan oleh masyarakat untuk bercocok tanam.

"Dari Pemda akan siapkan lapangan penghidupan bagi masyarakat tanpa membakar (lahan) bisa hidup," katanya.

Riau kini berstatus Siaga Darurat Karhutla hingga akhir Oktober 2019. Kebakaran lahan gambut masih terjadi di daerah pesisir Riau seperti di Kabupaten Bengkalis, Rokan Hilir, Dumai dan Kepulauan Meranti. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyatakan, luas Karhutla sudah lebih dari 1.300 hektare di Riau. Api di lahan gambut sulit dipadamkan total tanpa bantuan hujan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement