Kamis 21 Feb 2019 12:00 WIB

Mengapa Lalat Lebih Memilih Madu daripada Cuka?

Peneliti menemukan reseptor rasa asam pertama pada hewan.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anda kesal dengan lalat yang beterbangan di sekitar Anda. Anda ingin menangkapnya tapi ternyata susah. Cara yang ampuh adalah menggunakan madu, bukan cuka.

Para ilmuwan selalu tahu ini benar, tapi baru saja tahu mengapa ini terjadi. Sebuah penelitian yang dipublikasikan pada 5 Februari 2019 dalam jurnal Cell Reports menemukan reseptor rasa asam pertama pada hewan. Tidak yakin mengapa ini penting? Kemampuan mendeteksi kandungan asam makanan secara harfiah adalah masalah hidup dan mati.

"Rasa asam memungkinkan mendeteksi ion hidrogen dan asam organik. Ini adalah salah satu dari lima rasa dasar dan bersama dengan fitur kimia dan tekstur lainnya, memungkinkan hewan membedakan antara makanan yang aman dan menarik," tulis para peneliti.

"Meskipun kadar rendah asam tertentu menarik. Keengganan ini masuk akal, karena makanan yang sangat asam mungkin rusak karena pertumbuhan mikroba yang berlebihan dan jika dikonsumsi dapat menyebabkan efek buruk," ujar peneliti.

Protein juga membantu lalat memutuskan mengejar makanan atau tidak. Lalat yang tidak memiliki protein itu kurang beruntung. Ini sangat penting karena para peneliti menduga lalat membedakan antara berbagai jenis senyawa asam untuk menghindari pertumbuhan mikroba.

Aplikasi lain yang penting untuk penelitian ini berkaitan dengan keberadaan protein IR7a dalam vektor serangga yang menyebarkan penyakit. Laboratorium yang sama sekarang mengamati spesies nyamuk yang menyebarkan penyakit mematikan seperti demam kuning, demam berdarah dan zika. Mereka melakukannya dengan memanfaatkan indera mereka, seperti rasa untuk mendeteksi mangsa manusia.

"Saya pikir sangat berharga mempelajari apa yang reseptor pada serangga secara umum, bukan hanya karena itu sains dasar yang menarik, tetapi dapat mengarah pada ide untuk mengendalikan cara nyamuk tertarik pada manusia," jelas peneliti dan profesor UC Santa Barbara Craig Montell seperti dilansir di How Stuff Works, Kamis (22/2).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement