Rabu 13 Feb 2019 12:01 WIB

Misteri Berdirinya Stonehenge Akhirnya Terkuak

Peneliti meyakini para pelaut era megalitikum berperan penting dalam pembuatannya

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Destinasi wisata Stonehenge di Inggris.
Foto: EPA
Destinasi wisata Stonehenge di Inggris.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Stonehenge mungkin merupakan peninggalan paling terkenal di dunia. Penelitian demi penelitian terus dilakukan untuk mengungkap sejarah di balik berdirinya Stonehenge. 

Baru-baru ini sebuah penelitian menemukan bahwa berdirinya Stonehenge dipengaruhi oleh para pelaut zaman prasejarah. Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Science menyebutkan bahwa bangunan megalitikum ini telah ada sekitar 7000 tahun dan berasal dari barat laut Perancis, dilansir Fox News.

Baca Juga

"Hasil yang dipaparkan di sini, berdasarkan analisis penanggalan radiokarbon, situs megelitikum ini terbentuk karena mobilitas kelautan dan pertukaran antarbudaya," tertulis pada bagian abstrak penelitian.  

"Kami berpendapat adanya pemindahan konsep megalitikum atas permulaan rute laut dari barat laut Prancis. Stonehenge juga merupakan teknologi awal kelautan di masa megalitikum."

Monumen pertama di situs dibangun sekitar 5000 tahun lalu. Sedangkan lingkaran Stonehenge secara keseluruhan dibangun selama periode neolitikum atau sekitar 2.500 sebelum masehi. 

Jenis bangunan Stonehenge awalnya dianggap berakar dari Eropa Utara. Namun peneliti yang merupakan seorang arkeolog prasejarah, Bettina Schulz Paulsson, menduga Stonehenge berasal dari daerah lain.

Dugaan itu mulai muncul sejak penggalian situs megalitikum pertama Bettina pada 20 tahun lalu di Portugal. "Setiap orang berkata bahwa saya gila, itu tidak mungkin berhasil, namun saya memutuskan untuk melanjutkan penggalian," kata Schulz Paulsson. 

Dikarenakan situs Stonehenge ditemukan di dekat pesisir pantai, Paulsson yakin bahwa pelaut berperan penting dalam pembuatan situs itu. Dia bahkan menemukan terdapat bekas sperma ikan paus pada beberapa situs awal. 

Teori Paulsson ini mendapat respon positif dari peneliti lain. "Teori ini terlihat masuk akal," ujar arkelog dari Universitas Adelaide, Gail Higginbottom. 

Peninggalan berupa formasi batu yang unik ini masih menyisakan misteri dari setiap generasi ke generasi. Pada 2018 laku, sebuah penelitian menemukan 10 sisa pembakaran mayat terkubur di situs prasejarah itu. Sisa kremasi itu berasal dari Inggris bagian barat dan Britania bagian barat daya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement