Selasa 12 Feb 2019 04:55 WIB

Arkeolog Temukan Artefak Sisa Perang Romawi 2.200 Tahun Lalu

Temuan bisa menggambarkan kronologi perang Romawi dan Kartago.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Dwi Murdaningsih
Helm sisa perang Romawi dan Kartago.
Foto: RPM Nautical Foundation
Helm sisa perang Romawi dan Kartago.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Para arkeolog yang melakukan penjelajahan lokasi pertempuran laut antara Romawi dan Kartago 2.200 tahun lalu menemukan artefak mengejutkan. Penemuan tersebut dapat memberi petunjuk tentang bagaimana pertempuran yang terjadi pada 10 Maret 241 sebelum masehi itu terjadi.

Dalam temuannya, para arkeolog menyebut mendapat bukti bahwa pasukan Kartago menggunakan kembali kapal perang Romawi yang ditangkap selama pertempuran. Pasukan Kartago dimungkinkan telah membuang muatan ke laut karena putus asa dan agar segera dapat melarikan diri dari pasukan Romawi.

Dalam catatan sejarah, pertempuran laut tersebut terjadi tidak jauh dari Sisilia di Laut Mediterania. Dalam pertempuran, armada Kartago yang berusaha membawa pasokan ke salah satu pasukan Kartago di Sisilia dicegat oleh angkatan laut Romawi yang terus menghancurkan sebagian besar armada.

Kejadian itu berujung pada kemenangan Romawi. Kemenangan yang begitu bergemuruh itu membuat pasukan Kartago dipaksa mengakui kekalahannya dan menyetujui persyaratan yang menguntungkan Romawi.

Selama decade terakhir, para arkeolog bawa air telah melakukan survey di lokasi pertempuran dan menemukan sisa-sisa patung domba jantan berbahan perunggu, helm logam, dan wadah tembikar. Pada 2018, ditemukan enam patung domba jantan serta beberapa helm dan kapal tembikar.

Profesor Sejarah Yunani asal University of South Florida, William Murray, menilai, pasukan Kartago melakukan peperangan dengan sebagian armada saja karena separuh armadanya telah tertangkap dan berada di kapal milik Romawi.

Dari hasil penemuan tim arkeolog bawah laut, William menduga  jenis desain (Montefortino) pada banyak helm yang ditemukan di situs tersebut merupakan milik kalangan Romawi. Hal itu membuktikan dugaan bahwa kemenangan pertempuran tersebut bukanlah milik pasukan Romawi.

“Anda akan berharap bahwa pasukan Kartago yang kalah dalam pertempuran itu,” kata Murray.

Menurutnya, pasukan Kartago kemungkinan menggunakan kapal yang mereka tangkap dari Romawi dalam pertempuran laut sebelumnya. Banyaknya penemuan helm bercorak Montefortino menjadi sebuah misteri yang menarik untuk diungkap.

Dia menambahkan, berdasarkan catatan sejarah diketahui, dalam satu pertempuran yang terjadi beberapa tahun sebelum pertempuran Kepulauan Aegates, pasukan Kartago berhasil menangkap 93 kapal milik Romawi.

“Salah satu penjelasan adalah bahwa para pasukan Kartago menyewa tentara bayaran dari Gaul dan Iberia. Kemudian menggunakan pasukan bayaran tersebut sebagai awak kapal mereka dalam armada,” kata Murray.

Selain helm Montefortino, tim arkeolog juga menemukan Amphorae atau sejenis pot yang sering digunakan untuk menyimpan cairan g yantersebar di sekitar sisa-sisa kapal Romawi. Menurut Murray, hal itu aneh karena setiap pot yang turun saat disimpan di dalam kapal seharusnya dikelompokkan bersama.

“Jadi ini seolah-olah mereka dibuang ke laut dan mereka berpisah satu sama lain lalu tenggelam ke dasar lautan,” katanya.

Satu penjelasan yang mungkin, kata Murray, pada suatu titik dalam pertempuran yang terjadi, para pasukan Kartago menyadari bahwa misi mereka tidak akan berhasil sehingga mereka terpaksa membuang kargo mereka ke laut. Hal itu merupakan upaya untuk membuat kapal mereka lebih ringan dan lebih cepat sehingga membuat mereka lebih mudah untuk melarikan diri dari armada Romawi.

Murray menjelaskan, dari Amphora  yang ditemukan, tak ada satu pun Amphora yang dilapisi zat seperti tar yang dapat mencegah cairan dapat menguap saat disimpan. Artinya, kata Murray, setiap cairan di dalam akan menguap sebagian pada saat pot telah mencapai Sisilia. Akibatnya, jika armada Kartago mencapai Sisilia, sebagian dari muatannya akan sia-sia.

“Bisa saja pasukan Kartago ini begitu putus asa untuk membawa perbekalan ke pasukan mereka sehingga mereka tidak punya waktu menyusun Amphorae,” kata Murray.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement