REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Sebuah asteroid akan mendekati Bumi pada Ahad (10/2) pukul 01.20 GMT atau pukul 08.00 WIB, Senin (11/2) di Indonesia. Peristiwa ini terjadi hanya lima hari setelah Jet Propulsion Laboratory (JPL) milik NASA pertama kali mengamati batu itu pada 2 Februari.
Asteroid yang dijuluki NASA Asteroid 2019 CB2 meluncur menuju “Earth Close Approach”. Ilmuwan NASA telah menunjukkan Asteroid CB2 menembus kecepatan hampir 29.125 mph atau 13,02 km per detik. Artinya asteroid itu terbang melalui ruang angkasa dengan kecepatan sangat tinggi hampir 38 kali kecepatan suara.
Meski dengan kecepatan luar biasa, ilmuwan telah memprediksi asteroid tersebut tidak akan menghantam Bumi. Ilmuwan JPL NASA memperkirakan Asteroid CB2 mendekati Bumi hampir 650.000 mil.
Asteroid CB2 adalah yang disebut "Objek Dekat Bumi" (NEO), yang merupakan asteroid atau komet pada jalur orbit yang melintasi Bumi. Ketika NEO melintasi kekosongan tata surya, mereka terkadang mendekati Bumi dan Matahari.
"Ketika mereka mengorbit Matahari, Objek Dekat Bumi kadang-kadang dapat mendekati dekat Bumi. Pengertian bagian 'dekat' secara astronomis bisa sangat jauh dari segi manusia, jutaan atau bahkan puluhan juta kilometer," ujar penjelasan NASA, dikutip dari Express, Ahad (10/2).
Pada 5 Februari 2019, NASA telah menemukan total 19.585 Near-Earth Asteroids (NEA). Dalam istilah manusia, ini mungkin bagian yang cukup jauh, namun, pada skala jarak kosmik, bagian CB2 sangat dekat.
Lebih dari 8.500 batuan ruang angkasa ini diameternya berukuran lebih dari 140 meter dan dijuluki "Potensial Asteroid Berbahaya". Sedangkan 897 dari 19.000 asteroid berukuran 3.289 kaki sekitar satu kilometer atau lebih.
Asteroid CB2 adalah batuan ruang angkasa yang jauh lebih kecil dalam 18 meter hingga 39 meter. Dibutuhkan sekitar empat setengah tingkat bus bertingkat London untuk menyamai asteroid tersebut.
Ratusan ton debu ruang dan puing-puing menghantam atmosfer Bumi setiap hari, namun, asteroid sebesar ini jarang menghantam Bumi. Asteroid seukuran mobil menabrak Bumi sekitar setahun sekali, hanya saja, terbakar dalam bola api yang mengesankan sebelum mencapai tanah.
"Batuan ruang angkasa yang lebih kecil dari sekitar 25 meter, atau sekitar 82 kaki, kemungkinan besar akan terbakar ketika memasuki atmosfer bumi dan menyebabkan sedikit atau tidak ada kerusakan," kata NASA.
Ketika sebuah meteoroid berbatu lebih besar dari 25 meter, namun, di bawah satu kilometer menabrak Bumi, NASA menegaskan itu kemungkinan hanya akan menyebabkan kerusakan kecil saja.