Senin 11 Feb 2019 03:04 WIB

Batan Teliti Penyebab Stunting di Indonesia

Batan akan melakukan uji mikronutrisi dan lingkungan.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Andri Saubani
Sejumlah warga mengikuti Kampanye Nasional Cegah Stunting di kawasan Monas, Jakarta, Minggu (16/9). Kegiatan tersebut digelar dengan mengangkat tema
Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Sejumlah warga mengikuti Kampanye Nasional Cegah Stunting di kawasan Monas, Jakarta, Minggu (16/9). Kegiatan tersebut digelar dengan mengangkat tema "Cegah Stunting untuk Generasi Cerdas Indonesia".

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) turut serta dalam melakukan penelitian penyebab stunting (kekerdilan) bekerja sama dengan pemerintah. Menurut Plt Kepala Batan, Prof Efrizon Umar, penelitian tersebut dilakukan dengan cara melakukan uji mikronutrisi dan lingkungan ke daerah yang banyak terdapat kasus stunting.

"Pada 2019 digagas oleh LIPI dan Kementerian Pertanian tentang penelitian stunting. Itu program nasional, bagaimana masing-masing instansi mempunyai andil," ujar Efrizon kepada wartawan, Ahad (10/2).

Menurut Efrizon, Batan mempunyai andil dalam bentuk analisisnya. Yakni, mikronutrisi dan lingkungan. Dalam waktu dekat ini, Batan akan melakukan diskusi kelompok terarah (focus group discussion) dengan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian terkait penelitian stunting ini.

"Jadi ini kan sebenarnya stakeholder utamanya ialah Kementan dan Kemenkes. Makanya dalam waktu dekat kita akan mengadakan FDG dengan Kemenkes apa target utamanya, Batan akan bertanya bagaimana kami akan berperan," papar Efrizon.

Di tempat yang sama, Kepala Pusat Sains Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) Batan, Jupiter Sitorus Pane mengatakan, pihaknya akan melakukan penelitian tentang penyebab stunting di Indonesia dari berbagai aspek. "Jadi sebetulnya stunting itu disebabkan oleh apa. Apakah itu karena genetik, apakah karena faktor makanan yang masuk atau kurang gizi atau karena faktor lingkungan," katanya.

Dari berbagai aspek ini, kata dia, Batan akan melihat dan mengamati dari mikronutrisibda dan kondisi lingkungan di daerah-daerah yang mengalami stunting. Batan pun, telah mengirimkan tim khusus ke Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mengambil contoh makanan yang dimakan oleh warga terkait penelitian penyebab stunting tersebut. Yakni, ada sekitar 400 contoh makanan yang dimakan warga di daerah NTT dilakukan penelitian lebih lanjut.

"Nah dengan teknologi analisis nuklir ini kita bisa melihat unsur-unsur itu jauh lebih jauh, jauh lebih detail sehingga ada unsur-unsur yang tadinya berpengaruh terhadap stunting itu mungkin akan terlihat nantinya," katanya.

Nantinya, kata dia, peniliti Batan akan membuat hipotesis sementara dari hasil penelitian tersebut. Selanjutnya, bisa menjadi masukan bagi pemerintah dalam membuat program.

"Harapan kita, peneliti membuat hipotesisnya. Unsur-unsur ini kemungkinan penyebab kekerdilan," kata Jupiter.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement