Sabtu 02 Feb 2019 03:22 WIB

Tim Curiosity NASA Temukan Cara Ukur Gravitasi Mars

Mereka menggunakan instrumen ilmiah yang sudah terdapat di kapal Curiosity.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Esthi Maharani
NASA
Foto: nasa.gov
NASA

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah tim peneliti telah menemukan cara untuk mengukur perubahan halus dalam tarikan gravitasi di permukaan Planet Mars. Tim bernama Curiosity NASA itu menggunakan instrumen ilmiah yang sudah terdapat di kapal Curiosity.

Dilansir di Tech Times, dalam sebuah studi baru-baru ini, tim itu menunjukkan bagaimana alat akselerometer rover dapat berfungsi sebagai gravimeter. Yaitu sebagai sebuah instrumen yang mengukur gravitasi. Hal itu ditujukan untuk mengungkapkan rahasia tentang planet merah.

Mereka menemukan bahwa Gunung Sharp, atau puncak di tengah Kawah Gale, jauh lebih padat daripada yang diperkirakan sebelumnya. Hal itu menimbulkan pertanyaan tentang teori populer tentang bagaimana gravitasi berkembang.

Idenya sendiri, berasal dari misi Apollo 17 pada tahun 1972. Para astronot mengendarai buggy, sebuah kemdaraan untuk melintasi permukaan bulan dan menggunakan gravimeter untuk melacak perubahan gravitasi Bulan.

Sayangnya, tim Curiosity tidak memiliki instrumen yang sama. Namun, ia memiliki akselerometer dan giroskop, yang jauh lebih tepat dibandingkan dengan alat yang ditemukan di smartphone modern.

Akselerometer bajak, menurut para peneliti, dapat mendeteksi gravitasi ketika diam. Hal itu memungkinkan tim untuk mengukur dan memantau perubahan tarikan gravitasi.

Mereka menguji teknik selama pendakian rover ke Gunung Sharp. Tim peneliti berharap gunung itu menarik gravimeter darurat. Namun, mereka menemukan, gravitasi tambahan yang diberikan lebih sedikit karena bajak membuat jalan lebih jauh.

"Tingkat yang lebih rendah dari Mount Sharp secara mengejutkan keropos. Kami tahu lapisan bawah gunung itu terkubur dari waktu ke waktu. Itu memadatnya, membuatnya lebih rapat. Tapi temuan ini menunjukkan bahwa mereka tidak terkubur oleh material sebanyak yang kami kira,” kata penulis utama studi, Kevin Lewis dari John Hopkins University.

Tim ini menganalisis lebih dari 700 pengukuran dari accelerometer Curiosity dari Oktober 2012 hingga Juni 2017. Mereka menyaring pengaruh suhu dan kemiringan bajak saat naik ke atas. Mereka juga membandingkan data mereka dengan model medan gravitasi Mars dan kepadatan mineral yang ada dari instrumen kimia dan mineralogi Curiosity.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement