REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Facebook dilaporkan sedang mempertimbangkan penggabungan tiga platform perpesanan, yakni WhatsApp, Instagram, dan Facebook Messenger. Penggabungan ini akan memungkinkan pengguna untuk mengirim pesan antar jaringan untuk pertama kalinya.
Rencana tersebut datang langsung dari Chief Executive Facebook, Mark Zuckerberg. New York Times telah melaporkan, seperti yang dilansir dari The Guardian, Sabtu (26/1), akan melibatkan penulisan ulang perangkat lunak dasar dari tiga aplikasi untuk memastikan mereka dapat dioperasikan.
Contohnya, seorang pengguna WhatsApp bisa mengirimkan pesan teks untuk pengguna Instagram tanpa perlu berganti aplikasi. Penulisan ulang itu juga akan melibatkan pengaktifkan enkripsi ujung ke ujung (E2E) pada ketiga aplikasi.
Sementara semua pesan WhatsApp menggunakan fitur keamanan itu, yang mencegah siapapun, termasuk Facebook sendiri untuk mencegat isi pesan masuk. Dukungan di seluruh bisnis Facebook yang lebih luas tidak sempurna.
Facebook Messenger hanya mendukung E2E dalam mode ‘percakapan aman’ khusus yang tidak aktof secara default dan harus diaktifkan secara terpisah untuk setiap obrolan. Sementara Instagram tidak memiliki enkripsi sama sekali.
Meskipun 2E2 adalah tindakan keamanan yang berharga bagi pengguna, fitur ini memiliki mencegah Facebook memindai pesan sebagi bagian dari bisnis periklanannya. Teknologi ini juga mendapat serangan dari organisasi penegak hukum. Sebab menghambat kemampuan mereka untuk mencegat komunikasi yang dicurigai secara real time.
“Kami ingin membangun pengalaman pengiriman pesan terbaik yang kami bisa dan orang ingin olah pesan yang cepat, sederhana, andal, dan pribadi,” ujar Facebook.
Facebook sedang berupaya membuat lebih banyak produk perpesanan kami terenkripsi ujung ke ujung dan mempertimbangkan cara-cara untuk membuatnya lebih mudah menjangkau teman dan keluarga di seluruh jaringan. Ada banyak diskusi dan debat ketika Facebook memulai proses panjang untuk mencari tahu semua detail tentang bagaimana ini akan bekerja.
Sementara itu, kabar ini telah menimbulkan kekhawatiran di antara para peneliti pivasi dan para ahli anti monopoli. Seorang profesor kriptografi di Universitas Johns Hopkins, Matthew Green mengatakan perubahan itu bisa berpotensi baik atau buruk untuk keamanan atau privasi.
“Tetapi mengingat sejarah dan motivasi finansial terbaru dari Facebook, saya tidak akan bertaruh murah dalam keadaan baik. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk mulai memindahkan percakapan penting dari layanan itu,” ujar Green.
Dalam sebuah kicauan di Twitter, Green menulis dua kekhawatiran utamanya bahwa peluncuran E2E yang luas dapat menyebabkan WhatsApp menjadi relatif kurang aman daripada Facebook Messenger dan Instagram menjadi seaman mungkin. Para pengguna WhatsApp, yang saat ini tidak perlu berbagi banyak informasi pribadi sama sekali dengan Facebook, dapat menemukan metadata mereka berbaur dengan akun Facebook mereka.